JAKARTA - Ketua DPD Oesman Sapta Odang didaulat menutup secara resmi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Kamis (26/7) malam.

Penutupan Rakernas ditandai pemukulan gong oleh Oso didampingi Ketua Umum SMSI Auri Jaya, Wakil Ketua DPD Nono Sampono, serta beberapa anggota DPD dari Sumsel, Banten, Papua, dan Sulawesi Utara. "Sebenarnya mau saya bawa semua dari 34 provinsi tapi takut nanti ruangannya tidak cukup," ungkap Oso disambut tepuk tangan peserta Rakernas.

Oso pun menyempatkan diri hadir ke Rakernas SMSI, meski dalam waktu bersamaan harus membatalkan acara lain. "Saya komitmen, saya sebenarnya ada acara lain di salah satu stasiun televisi, tapi saya bilang tambah jamnya atau saya tidak hadir, karena saya akan menghadiri Rakernas SMSI," ungkap Oso disambut tepuk tangan peserta Rakernas.

"Saya janji dengan SMSI ini sudah satu minggu. Oleh karena itu saya tepati janji saya," tambahnya.

Oso mengapresiasi kehadiran SMSI. Bagi Oso, SMSI merupakan pekerjaan produk masa depan. Oso mengatakan, bidang kerja SMSI tentu membutuhkan dan bersinggungan dengan teknologi. "Jangan dikira ini sederhana ya," kata senator asal Kalbar itu.

Dalam kesempatan itu Oso berpesan agar SMSI menerapkan prinsip 5S dalam menjalankan roda organisasinya. S pertama adalah strategi. Dia menjelaskan SMSI harus memiliki strategi untuk membawa arah organisasi menjadi lebih besar.

S kedua adalah struktur. Oso menegaskan, struktur organisasi SMSI harus jelas dan tertata rapi. Sedangkan S ketiga adalah skill. Jadi, kata Oso, penempatan figur dalam jabatan di organisasi harus benar-benar berdasarkan pertimbangan rasional. Bukan berdasarkan suka atau tidak. S keempat adalah sistem.

Menurut Oso, kalau punya strategis, struktur, skil, tapi tidak memiliki sistem, roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. "Kalau tidak ada sistem, organisasi tidak tertata sehingga menjadi organisasi kampungan," katanya.

S kelima adalah speed and target. Nah, kata Oso, SMSI harus menjadi organisasi yang lebih besar. Karena itu, ukuran-ukuran kinerja dan pencapaian target harus dilakukan maksimal. Ukuran waktu dan pencapaian harus jelas. Harus ada evaluasi mulai dari bulan ke bulan hingga tahun per tahun.

Lebih lanjut Oso berpesan agar SMSI tidak hanya sekadar menjadi organisasi yang ditakuti. Kalau hanya sekadar ditakuti, maka SMSI tidak akan menjadi besar. "Tapi, jadilah organisasi yang disegani. Kalau orang segan sama SMSI maka SMSI akan menjadi leader informasi di Indonesia," kata Oso bersemangat.

Dia mengatakan, perkembangan teknologi juga telah memberikan pengaruh terhadap dunia jurnalisme. Menurut dia, jurnalisme sekarang ini lebih modern. Menggunakan kecepatan tangan menyusun berita, tetapi tetap memperhatikan keakuratan, dan pesan yang disampaikan harus bisa diterima masyarakat sampai ke ujung Indonesia.

"Sekarang ada yang terjadi di suatu daerah, suatu negara, di jam yang sama sudah bisa diketahui orang dari negara maupun daerah lainnya," katanya.

Nah, Oso menegaskan, di situlah peran media online termasuk yang berada di bawah SMSI harus maksimal. SMSI harus bisa memberikan informasi yang baik kepada masyarakat, sampai ke daerah-daerah di Indonesia.

Sementara itu, Ketua SMSI pusat, Auri Jaya, mengaku sangat mengapresiasi kedatangan maupun pesan Oso. "Kami terharu. Di tengah kesibukannya Pak Oesman bisa hadir di Rakernas SMSI," kata Auri.

Menurut Auri, saat pertama kali mengundang, Oso menyatakan akan datang. "Dan benar, Pak Oesman datang. Kami berterima kasih," bebernya.

Di hadapan OSO dan peserta rakernas SMSI Auri Jaya juga melaporkan, bahwa saat ini sudah ada tiga ratusan media online, yang bernaung di bawah SMSI. Bahkan, kepengurusan SMSI sudah ada di 31 provinsi di Indonesia.

"SMSI akan terus mengembangkan diri menjadi lebih besar untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia," ujar Auri.***