PALU - Kepala Staf Kepresidenan Jenderal Moeldoko menerima proposal kegiatan pembinaan umat dari Pengurus Besar Alkhairaat, saat berkunjung ke Kota Palu.

Proposal itu berisi sosialisasi 4 pilar kebangsaan, soal terorisme, radikalisme dan ketahanan nasional. Kegiatan itu juga sebagai bentuk dukungan Alkhairaat atas program pemerintah.

Proposal itu diserahkan Dewan Pakar Pengurus Besar Alkhairaat Prof Dr H Zainal Abidin MAg, kepada mantan Panglima TNI Jenderal Moeldoko, di kediaman Ketua Umum Wanita Islam Alkhairaat (WIA) Hj. Sy. Sa’diyah binti Idrus Aljufrie, Jalan Wahid Hasyim, Kota Palu.

"Proposal itu tentang berbagai kegiatan pembinaan umat antara lain pemberian pemahaman kepada masyarakat untuk mencegah gerakan intoleransi, bahaya narkoba dan sebagainya," kata Zainal, Senin (2/4).

Dia mengatakan, Alkhairaat telah berperan dalam pembinaan umat dan masyarakat di Sulawesi Tengah dan kawasan timur Indonesia. Alkhairaat, sebut dia, telah berkontribusi dalam hal pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta merawat perdamaian dan ketentraman serta persaudaraan antarsesama manusia dan pemeluk agama dalam bingkai NKRI.

"Alkhairaat memiliki banyak cabang umumnya di timur Indonesia. Memiliki banyak madrasyah mulai tingkat ibtidaiyah hingga madrasyah aliyah bahkan perguruan tinggi. Itu menjadi bukti bahwa peran dalam dunia pendidikan telah diperlihatkan," ujarnya.

Ketua MUI Kota Palu ini berharap agar pemerintah dapat membantu kegiatan pembinaan yang tertuang dalam proposal yang diserahkan tersebut.

Sementara Sekjen PB Alkhairaat, Ridwan Yalidjama mengatakan, pihaknya telah mengirimkan penawaran program kerja sama kepada pemerintah pusat.

Jenderal Moeldoko tiba dikediaman Hj. Sy. Sa’diyah binti Idrus Aljufrie, didampingi Danrem 132 Tadulako Kolonel Inf Agus Subiyanto.

Moeldoko diterima antara lain Rektor Universitas Alkhairaat Hamdan Rampadio dan HS. Hasan bin Idrus Alhabsyi. "Terima kasih sudah mau datang kesini," sebut Syarifah Sa’diyah Aljufri.

Anak bungsu pendiri Alkhairaat itu tidak banyak berkata-kata selain mengucapkan syukur dengan kunjungan tersebut. 

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purnawirawan) Moeldoko berpendapat, pesantren atau organisasi Islam merupakan poros terdepan yang mampu memerangi radikalisme dan terorisme. Pesantren dianggap sebagai jembatan yang dapat menyampaikan informasi dengan baik, agar generasi bangsa tidak mencari pemahaman sendiri.

"Saya menempatkan pesantren dan organisasi Islam sebagai sebuah entitas yang bisa diajak bekerjasama untuk memerangi radikalisme," kata Moeldoko.

Moeldoko menambahkan, lembaga ini memiliki sumber daya yang potensial dalam membendung radikalisme. Menurutnya, mereka memiliki bahasa yang sama dalam mengomunikasikan terhadap mereka yang salah dalam pemahaman dan penerapan ajaran.

"Pesantren memiliki kekuatan. Di situ ada sumber daya dan semangat dalam memerangi radikalisme," kata Moeldoko.

Saat menjabat sebagai Pangdam, ujarnya, dia melakukan kerjasama dengan semua pesantren di Jawa Barat. Dia ikut menyusun kurikulum di pesantren dalam rangka membangun kesadaran demi memerangi radikalisme. Temanya saat itu mewujudkan deradikalisasi. 

"Pesantren harus bisa menjadi penengah secara bijak, yang bisa menyejukkan. Bukan mengkafirkan orang lain seolah dia yang paling benar, karena itu adalah sumber dari konflik," kata Moeldoko berpesan. ***