JAKARTA - Banyak pihak mulai curiga dan enggan menganggap faktor utama penyebab ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia adalah kelelahan.

Sebab, jika merunut kondisi para korban sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir, ditemukan hal yang janggal dan patut dipertanyakan.

Sebelum korban akhirnya dinyatakan meninggal dunia, beberapa di antaranya sempat mengalami muntah darah.

Seperti petugas Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Jember Kidul, Kabupaten Jember, Nuril Maimunah yang mengalami hal tersebut saat jalani proses rekapitulasi surat suara, di PPK Kecamatan Jember, Selasa (23/4), seperti dilansir dari Berita Satu.

Sementara melansir Fase Berita, di Kabupaten Labuhanbatu, dari 15 orang yang tercatat jatuh sakit setelah menjalani tugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS), satu di antaranya mengalami muntah darah, Ahad (28/4).

Belum lagi Wurry Wulansari yang merupakan ketua KPPS TPS 03 Karang Asam Ulu, Sungai Kunjang, Samarinda, Kalimantan Timur, ia juga mengalami hal yang sama, sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

Wurry merampungkan penghitungan suara di TPS 03, Kamis (18/4) pagi. Sesampainya di rumah, Jalan Adam Malik di Samarinda, Wurry mulai mengeluh sakit dan mengaku butuh istirahat total. Sehari setelah pencoblosan, Wurry memeriksakan kesehatannya. Namun, kondisi ibu tiga balita itu terus menurun, meski sepekan sudah berlalu.

Melansir Merdeka, ia mengeluh sakit perut dan radang. Usai dibawa ke klinik dan menjalani pengobatan, tiba-tiba Wurry muntah darah. Kemudian badannya membiru dan meninggal dunia.

Begitu pula yang terjadi dengan seorang ketua KPPS di Riau. Senin (22/4) sore, Achmad Adnan yang merupakan Ketua KPPS di TPS 05 Kelurahan Harjosari, Kecamatan Tebing, Kabupaten Karimun, Kepulauan Kepri dinyatakan meninggal dunia.

Pria berusia 70 tahun itu mengembuskan napas terakhirnya setelah sempat dirawat beberapa hari di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) HM Sani, Kabupaten Karimun. Kamis (18/4), ia sempat sakit dan muntah darah, hingga akhirnya meninggal dunia di hari Senin (22/4), seperti dilansir dari Pojok Satu.

Kalau usia yang sudah lanjut dijadikan alasan kelelahan, bagaimana dengan Yesi (19) yang merupakan anggota KPPS TPS 03, Desa Bungok, Kecamatan Bonti, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat?

Dikutip dari Kompas, ia juga meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mth Djaman Sanggau, Jumat (26/4), setelah mengalami muntah darah dan sempat dirawat selama 40 menit di rumah sakit tersebut.

Kepala Puskesmas Bonti, Titi Rahmawati pun mengatakan, jika Yesi sempat menjalani perawatan di Puskesmas pada Rabu (24/4), dan mengeluhkan sakit pada ulu hati dan tenggorokannya. Ia mengalami sesak dan batuk hingga mengeluarkan bercak darah.

Umur memang rahasia Allah, kita tidak bisa menolak jika waktu kematian sudah harus datang. Namun, sebenarnya apa penyebab ratusan petugas KPPS mengembuskan napas terakhirnya di Pemilu 2019 ini?

Kalau kelelahan dijadikan alasan, bagaimana dengan pendapat para ahli yang mengatakan kelelahan tidak bisa dijadikan alasan kematian seseorang? Sebab, diperlukan diagnosa lebih lanjut untuk mengetahui penyebab seseorang meninggal dunia.***