SEMARANG – Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi mengungkapkan, Kopda Muslimin atau Kopda M membayar penembak istrinya Rp120 juta. Uang itu diduga berasal dari mertuanya.

Dikutip dari Tribunnews.com, disebut Ahmad, Kopda M meminta uang kepada mertuanya dengan dalih untuk membayar biaya pengobatan istrinya yang luka parah karena tertembak.

Ahmad Luthfi mengatakan, saat istrinya, Rina Wulandari dibawa ke rumah sakit setelah tertembak, Kopda Muslimin masih menemaninya.

Tak berselang lama, Kopda Muslimin melakukan transaksi dengan para eksekutor.

''Ada uang Rp120 juta untuk kompensasi kepada para pelaku. Ternyata uang yang diberikan kepada para penembak diduga berasal dari mertua Kopda Muslimin yang seharusnya dibayarkan untuk biaya rumah sakit istrinya,'' ujar Ahmad di Mapolda Jateng, Kamis (28/7/2022).

Kopda Muslimin memerintahkan pegawai di rumahnya mengambil uang Rp120 juta dari ibu mertuanya. Kemudian Kopda Muslimin meminta tambahan Rp90 juta dengan alasan tambahan biaya rumah sakit yang masih kurang.

''Ternyata Rp120 juta itu diberikan kepada para pelaku penembakan, sedangkan Rp90 juta digunakan untuk melarikan diri,'' kata Kapolda.

Alasan Kopda M Ingin Bunuh Istrinya

Istri Kopda M, Rina Wulandari, ditembak orang tak dikenal di depan rumahnya di Semarang, pada Senin (18/7/2022). Belakangan terungkap, pelaku penembakan adalah orang yang disewa Kopda M.

Salah seorang tersangka penembakan Rina Wulandari, Agus Santoso alias Gondrong, membeberkan alasan Kopda M ingin membunuh istrinya.

Saat dihadirkan mensinkronkan keterangan kasus penembakan istri Kopda M di Polrestabes Semarang, Rabu (27/7/2022), Agus Santoso menuturkan, suatu ketika Sugiyono alias Babi mendatanginya di Magetan Jawa Timur. Babi menyampaikan order Kopda Muslimin yang ingin mencelakakan istrinya.

''Saat itulah saya datang ke Semarang tiga minggu sebelum kejadian,'' ujarnya saat mensinkronkan keterangan di Polrestabes Semarang, Rabu (27/7/2022).

Kemudian Agus bertemu dengan Kopda Muslimin di kediamannya. Mereka pun melakukan percakapan secara bisik-bisik.

''Keesokan hari pada saat malam Minggu bertemu lagi dengan Kopda Muslimin di daerah Padasan Simongan di situlah dia (Kopda Muslimin) mulai bercerita,'' tuturnya.

Menurutnya Kopda Muslimin menceritakan keadaan keluarganya. Suami korban tersebut merasa tidak kuat menghadapi tekanan dari istrinya.

''Dia (Kopda Muslimin) tidak kuat tekanan dari istrinya yang selalu mengekang. Dia meminta agar istrinya dibunuh,'' tutur dia.

Namun permintaan Kopda Muslimin tidak langsung diturutinya. Dia menyarankan agar sang suami tidak terburu-buru membunuh istrinya.

''Jangan buru-buru bang. Kasih pelajaran dulu. Kasih saja air kecubung. Kalau dia (Rina) sakit kan kembali ke suaminya. Saya bilang begitu,'' tuturnya.

Pada akhirnya, saran Agus didengarkan oleh Kopda Muslimin dan memintanya mencarikan buah kecubung. Rupanya Kopda Muslimin tidak berani mencampurkan kecubung ke minuman istrinya.

''Bang Mus takut ketahuan istrinya jika mencampurkan kecubung ke minuman. Hari berikutnya juga begitu,'' tutur dia.

Agus menuturkan setelah empat hari, dia mendatangi rumah Kopda Muslimin, untuk membatalkan pekerjaan tersebut. Dia meminta uang untuk jasanya dan biaya transpor pulang ke Magetan.

''Saya dikasih uang segepok. Seingat saya setelah dihitung jumlahnya Rp2 juta. Setelah dapat uangnya, saya pulang ke Magetan,'' tutur dia.

Sesampainya di rumah, dirinya didatangi tetangganya yakni tersangka Dwi Septiono menawari senjata api. Karena ingin tahu wujud pistol tersebut dia dihubungkan tetangganya kepada pemilik pistol melalui video call.

''Saya lihat apakah pistol itu airsoftgun, rakitan atau asli, Setelah saya lihat asli. Kemudian saya menelpon Babi, jika mau bisa transfer uang ternyata tidak bisa. Kemudian saya menelpon pemilik pistol dan menawarkan pistol itu dibayar di Semarang. Keduanya setuju dan langsung ke Semarang di daerah Bates,'' imbuhnya.

Sesampainya di Semarang, ia mempertemukan Babi dengan Dwi Septiono. Saat itulah terjadi transaksi jual beli senjata api.

''Senjata api itu harganya Rp3 juta. Tetapi saya potong Rp1 juta. Yang meminta Kopda Muslimin,'' tutur dia.***