TIKTOKERS Margareta Wiyanda Handoyo tak menyangka bakal tertarik mempelajari Islam, apa lagi menjadi mualaf.

Sebab, Margareta dibesarkan di tengah keluarga non-Muslim yang fanatik dengan agama yang dianutnya. Orang tuanya melarang anaknya belajar agama lain dan memperingatkan untuk tidak berpindah agama.

Dikutip dari Okezone.com yang melansir dari kanal YouTube Penduduk Langit, wanita berparas cantik asal Pekalongan, Jawa Tengah, yang akrab disapa Aga itu menemukan jalan hidayah bermula dari perkenalannya dengan pria bernama Jati Pratama.

Ketika berteman dengan Jati, wanita berdarah Tionghoa itu tidak pernah bertanya tentang agama. Pasalnya, Jati juga keturunan Tionghoa yang biasanya memiliki adat serta agama serupa.

Setelah berkenalan dua bulan, Jati meminta dipertemukan dengan kedua orangtua Aga dengan maksud serius mengajak Aga menikah. Sampai detik itu, keduanya masih belum membahas agama satu sama lain.

''Saya tidak curiga karena kenal orangtua Mas Jati. Papanya menggunakan nama Mandarin,'' kata Aga, dikutip dari kanal YouTube Penduduk Langit, Senin (25/7/2022).

Empat bulan kemudian barulah Jati menjelaskan bahwa dia seorang Muslim sejak lahir. Aga pun terkejut, tapi tidak marah ataupun memutuskan hubungan. Dia justru merasa penasaran dengan ajaran agama Islam.

Aga ingin tahu lebih dalam tentang perjalanan spiritual sang calon suami beserta keluarganya yang menjadi Muslim taat, berbeda dengan keluarga Tionghoa lain yang umumnya non-Muslim. Meski calon suaminya itu ingin menikahinya, Jati tidak memaksa Aga untuk memeluk Islam. Tetapi, Jati juga tidak mau berpindah agama.

Walau berbeda agama, hubungan mereka terus berlanjut hingga Aga lulus kuliah. Suatu saat ibu Aga membahas soal pernikahan dan agama Islam. Ibu Aga yang fanatik itu tiba-tiba berubah, dia jadi netral, tidak melarang ataupun mendukung hubungannya dengan Jati.

Rupanya ibu Aga menilai Jati adalah sosok calon suami yang baik dan taat agama. Jika Aga memang mau menikah dengannya, sang ibu tidak mempermasalahkan, asalkan Aga menjadi istri yang taat. Bahkan, jika memang harus pindah agama, ibunya pun memperbolehkan. Hal yang penting, Aga harus mengimani agamanya dengan sebaik-baiknya.

Pada 2018, Aga pun mengutarakan niat untuk menjadi mualaf kepada sang calon suami. Jati dan calon ibu mertuanya dengan terbuka membimbingnya untuk belajar agama Islam, bahkan Aga dihadiahi mukena untuk shalat.

Setelah mantap masuk agama Islam, Aga pun memberanikan diri bersyahadat. Dia datang ke sebuah gedung dan dihadiri seorang kiai di Pekalongan. Dengan begitu, Aga resmi memeluk Islam, beberapa bulan sebelum Ramadhan 2018.

Sejak bersyahadat, Aga tidak lagi mengonsumsi makanan dan minuman haram. Hal itu diakui tidak terlalu sulit, namun harus beradaptasi dengan kebiasaan keluarganya yang kerap mengadakan acara dengan sajian makanan dan minuman haram.

Selain makanan dan minuman, ibadah yang baru dirasakannya adalah berpuasa. Ibunya yang tidak lagi fanatik justru menyiapkan sahur untuk Aga. Namun karena di rumah tidak ada yang berpuasa, Aga merasa sungkan dan memilih berbuka puasa di rumah calon suaminya.

Aga mengaku bersyukur melalui jalan yang mulus dan mendapat dukungan penuh dari keluarga untuk masuk Islam. Namun, tantangan itu justru datang dari luar. Kedua orangtuanya kerap mendapat cemoohan yang tidak mengenakkan dari luar tentang dirinya.

Beruntungnya, mental kedua orangtua Aga sangat kuat. Bahkan, sang ibu dengan lantang membalas cemoohan orang-orang tersebut dengan alasan-alasan yang bijak, sehingga mereka terdiam dan tidak lagi mengusiknya.

Aga dan Jati menikah 2019. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai anak kembar yang menggemaskan. Aga pun sampai saat ini masih terus memperdalam ajaran agama Islam. Bahkan, dia mengubah penampilannya menjadi lebih tertutup dan memakai hijab.***