BENGKALIS, GORIAU.COM - Musim kemarau yang melanda Bengkalis sejak tiga bulan terakhir, bukan hanya menyebabkan sejumlah lahan dan hutan terbakar. Tapi juga membuat sengsara sebagian warga karena kehabisan air bersih. Sebagian warga saat ini terpaksa mandi air asin, karena air sumur mengering.

Seperti dialami sebagian masyarakat Desa Kembung Luar, Kecamatan Bantan. Mereka terpaksa terpaksa mandi air asin (air laut), karena parit-parit di kampung sudah terkontaminasi dengan air asin. Sementara untuk kebutuhan memasak dan minum, warga terpaksa mengambil air jauh ke pinnggiran hutan.

Seperti diceritakan, Syafrizal (32) warga Dusun Buyung, Desa Kembung Luar, Minggu (2/3). Di kampung mereka memang ada sumur bor, tapi jumlahnya sangat tidak sebanding dengan jumlah warga.

''Sumur bor memang ada, tapi tak sebanding dengan jumlah warga. Makanya sebagian warga terpaksa mandi air asin di parit-parit,'' kata Syafrizal.

Air air lekat di badan, sabun yang digunakan untuk mandi atau mencuci juga tidak mengeluarkan buih. ''Ya mau macam mana lagi, tak mungkinkah tiap mau mandi pergi mencari air ke darat (pinggiran hutan), bukan dekat,'' keluhnya.

Sejatinya kata Syafrial, jika ada sumur bor dengan jumlah yang mencukupi, masyarakat dusun Buyung tidak harus berpayah-payah mencari air bersih atau mandi air laut.

''Kondisi seperti ini sudah terjadi bertahun-tahun, tapi tidak ada tanggapan dari pemerintah. Padahal, paling mahal 1 sumur bur hanya Rp 10 juta, jadi untuk membangun 20 sumur bor untuk setiap desa hanya  menghabiskan anggaran Rp 200 juta,'' kata Syafrizal lagi.

Untuk kebutuhan masak dan minum, warga terpaksa mengkonsumsi air gambut (merah), itupun harus diambil jauh ke pinggir hutan. ''Saban hari kita bisa melihat warga yang lalu lalang membawa jerigen tempat air. Walau jauh terpaksa diambil juga karena ar bersih di penampungan sudah habis,'' ujar Syafrizal.

Air tanah gambut yang diambil untuk masak dan minum tersebut hanya bisa bertahan untuk dua hari. Setelah air habis, warga kembali mengambilnya dari darat.

''Kalau dalam satu bulan ini hujan belum juga turun, air di parit-paritpun akan habis. Mau tak mau harus membeli air galon, kalau pemerintah tidak membantu air PDAM seperti beberapa tahun lalu,'' ujarnya.(jfk)