JAKARTA - Kapolri Jenderal Muhammad Tito Karnavian akan membeberkan semua hal terkait dengan jaringan Muslim Cyber Army (MCA) pada Senin (5/3/2018), khususnya para penyandang dana, serta motif dan tujuan mereka.

"Nanti akan dijelaskan hubungan garis putus maupun garis sambung dengan eks Saracen atau orang-orang yang diduga masuk Saracen, tapi belum tertangkap," ujar Kepala Biro Multimedia Humas Polri, Brigjen Rikwanto kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (3/3/2018).

Tito mengimbau masyarakat untuk rasional dalam mengkonsumsi informasi dari media sosial. "Jangan dengan emosional, namun dengan rasional," ujarnya.

Tito mengatakan, penyebaran hoax dan fitnah di media sosial tidak akan menjadi sebuah ancaman jika dibaca dengan rasional.

Sebaliknya, kata dia, jika informasi-informasi yang tidak benar dibaca dengan emosional hal ini akan memicu konflik dan perpecahan.

Menurut Tito, memilih dan memilah informasi itu perlu untuk mengetahui berita yang benar dan bohong. Setelah itu, dia menyarankan, agar informasi di-cross check ke sumber lain untuk memastikan berita itu benar.

"Filter dan tabayun terhadap informasi yang kita peroleh," ujarnya.

Tito menyebutkan bahwa tidak hati-hati menggunakan sosial sangat berpotensi memecah-belah persatuan ditambah dengan membawa-bawa unsur SARA (suku, agrama, ras, dan antargolongan).

"Berita bohong dengan usur agama, suku, jika dicerna dengan emosional bukan rasional akan sangat berpotensi memecah-belah NKRI," katanya.

Tito mencontohkan isu penyerangan tokoh agama, dari 45 kasus yang diterima Polri hanya tiga kasus yang memang terjadi, yakni penyerangan ulama yang terjadi di Jawa Timur dan dua yang terjadi di Jawa Barat. "Selebihnya Hoax," ujarnya.

Kapolri Tito Karnavian menambahkan, Polri juga masih memburu koneksi dari penyebar hoax ini, tidak menutup kemungkinan ada yang sengaja mendesainnya. ***