SIMALUNGUN - Tak hanya proses Pileg, Pemilu dan Pilpres serentak yang bikin ribet dan kisruh.

Namun proses kampanye yang terlalu lama hingga memakan waktu 6 bulan, juga membuat para Kontestan pemilu merasa keberatan.

Pasalnya, dengan waktu yang panjang tersebut, para caleg juga harus merogoh kantong lebih dalam untuk biaya politiknya.

Hal ini juga yang dikeluhkan caleg Partai Golkar yang juga Anggota DPR RI Capt Anthon Sihombing saat membuka Forum Silaturhami DPR RI dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen di Prapat View hotel, kawasan Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Minggu (5/4/2019) malam.

"Masa kampanyenya 6 bulan ini bisa bikin kami para caleg jadi 'Jamila', tahu enggak artinya? Jamila itu jatuh miskin lagi," ungkapnya yang disambut gelak tawa para peserta.

Selain itu, ia juga menyoroti soal pemilu serentak. Menurutnya, sistem ini juga tidak efektif. "Jadi terkesan masyarakat hanya mengingat Pilpres, mereka lupa kalau ada Pileg juga," tandasnya.

Ia menyarakan, agar sebaiknya Pemilihan Umum antara Legislatif dan Presiden dilaksanakan secara terpisah.

Sebab kata dia, selain tidak terekspos dengan baik karena masyarakat lebih konsentrasi dengan Pemilihan Presiden (Pilpres), juga memberatkan para Kontestan pileg.

"Jadi tolong lah jangan di sama-samakan padahal kita ini sudah meningkatkan anggaran untuk KPU dibandingkan anggaran sebelumnya," ujar Anthon.

Sementara itu, Ketua Koordinatoriat Wartawan Parelem, Ramdony Setiawan berharap, agar penyelenggara pemilu yakni KPU, bisa mendahulukan penghitungan calon legislatif di Tempat Pemungutan Suara (TPS) ketimbang penghitungan suara Pilpres.

"Karena kalau kita punya Presiden tetapi anggota parlemennya tidak ada bagaimana mau melantiknya," jelasnya.

Namun demikian, ia juga berharap, pihak Pemerintah dan Parlemen bisa kembali duduk bersama, mengevaluasi sistem pemilu, pilpres serentak. ***