PEKANBARU - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau menjadi kekhawatiran sendiri bagi petani yang ada di Pekanbaru. Pasalnya, kabut asap ini dinilai telah memberikan dampak buruk bagi tanaman sehingga hasil panen sayurannya kurang maksimal.

"Berpengaruh juga, karena debu-debu kabut asap ini, bentuk buah yang saya tanam jadi tidak lurus dan jumlah panennya berkurang," ujar Widiyanto, salah satu petani yang tinggal di Jalan Kartama I, Rabu, (14/8/2019).

Tak hanya itu, ia juga mengatakan sejumlah sayuran seperti bayam dan kangkung juga mengalami penurunan harga karena pertumbuhannya tidak maksimal. Harga bayam dan kangkung biasanya bisa mencapai Rp1000 perikat, menjadi hanya Rp800 hingga Rp500 saja.

Widi berharap hujan bisa segera turun di Pekanbaru agar dapat mengurangi asap, sehingga setidaknya hasil pertaniannya bisa balik modal.

"Dicuaca begini, kita baru bisa panen sayuran sekitar 25 hari, padahal biasanya kalau cuaca bagus bisa 20 hari panen. Kita berharap hujan lah, sekarang kita berharap pada selada perikat Rp4000, itulah lagi," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru Mutia Eliza mengkonfirmasi bahwa asap tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti yang diungkapkan. Melainkan, faktor cuaca panas dan kurangnya air hujan.

"Itu karena dipengaruhi cuaca panas, karena tanaman kan butuh air untuk hidup. Tetapi kalau asap tidak mempengaruhi," paparnya.

Ia mengatakan, saat ini dibeberapa daerah di Indonesia memang sedang dilanda cuaca panas. Cuaca panas ini juga menjadi faktor penyebab terjadinya kenaikan harga cabai.

"Beberapa daerah memang rata-rata musim panas, terutama di Jawa, sehingga ada gagal panen. Seperti cabai yang harganya naik kemarin, karena pasokannya kurang," terangnya.***