JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai gagasan memasukkan maskapai asing dalam persaingan di sektor penerbangan domestik tidak otomatis bisa menurunkan tarif tiket pesawat yang cukup mahal dalam beberapa waktu terakhir.

Alasannya, maskapai asing juga dinilai memiliki segudang pos pengeluaran yang sama seperti maskapai nasional.

JK menjelaskan masing-masing maskapai sejatinya memiliki pengeluaran dalam bentuk bahan bakar avtur, pemeliharaan, gaji pegawai, dan lainnya. Menurutnya, indikator pengeluaran yang sama akan membuat tarif penerbangan jadi tidak jauh berbeda.

"Semuanya hampir sama, mau maskapai dari mana sama. Jadi saya kira maskapai asing pun tentu sama saja cost-nya (pengeluaran)," ucap JK dalam keterangan resmi, Selasa (4/6).

Gagasan memasukkan maskapai asing, kata JK, seharusnya tidak hanya dipikirkan untuk menyajikan persaingan baru yang bisa menurunkan tarif tiket pesawat. Selain itu, JK bilang seharusnya turut mempertimbangkan prospek bisnis maskapai asing itu sendiri.

"Ada hal yang perlu selalu dipertimbangkan, yaitu kelanjutan dari maskapai itu sendiri. Kalau terlalu murah, dia akan bangkrut," katanya.

Di luar itu, JK juga mengatakan perlu dilihat dampak kehadiran maskapai asing bagi kelanjutan bisnis bagi maskapai nasional. Dia mengharapkan jangan sampai kehadiran maskapai asing, yang kemudian misalnya mampu merebut pasar penerbangan di Tanah Air, justru 'mencekik' bisnis maskapai nasional.

"Coba lihat Garuda, dalam kondisi harga Garuda yang lebih tinggi juga sulit. Jadi memang harus diseimbangkan," ujarnya.

Di sisi lain, ia menilai persoalan tingginya tarif pesawat tak lepas dari ketidaksiapan masyarakat dalam menerima perubahan. Pasalnya, masyarakat sudah terlanjur terbiasa dengan tarif murah selama ini.

"Masyarakat kita sudah terlalu lama menikmati tarif murah. Begitu tarif naik menganggapnya dulu tarif ini biasa," celetuknya.

Lebih lanjut, JK mengatakan sebenarnya sudah ada beberapa maskapai asing di Indonesia. Misalnya, yang melayani penerbangan dari suatu negara ke Indonesia.

Selain itu, ada pula AirAsia yang bahkan melayani beberapa rute penerbangan domestik, misalnya Jakarta-Denpasar. Padahal, maskapai tersebut berasal dari Malaysia.

Begitu pula dengan maskapai nasional yang ada di negara lain. Contohnya, dari Grup Lion Air dengan munculnya Lion Air Malaysia dan Lion Air Thailand.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat melempar gagasan untuk mengundang maskapai asing ke pasar penerbangan domestik guna menambah persaingan, sehingga tarif tiket pesawat pun lebih kompetitif. Hal ini merupakan respons kepala negara atas tingginya tarif tiket pesawat dalam beberapa waktu terakhir.***