BENGKALIS - Malam kedua pagelaran seni dan budaya sempena hari jadi ke-507 Bengkalis, Minggu (21/7/2019), joget suku Asli atau yang dikenal dengan Joget Bontek atau Tari Gendong menjadi penampilan yang ditunggu-tunggu masyarakat Bengkalis.

Ikut larut dalam Joget Bontek, Ketua Dharma Wanita Kabupaten Bengkalis Akna Juwita, Asisten Pemerintahan Hj. Umi Kalsum serta Kabid Kebudayaan Disbudparpora Khairani Alwi.

Malam pagelaran seni budaya yang dilaksanakan selama lebih kurang delapan hari, dipusatkan di Lapangan Tugu Bengkalis, dengan menampilkan sejumlah seni dan budaya.

Pada malam kedua, Pemerintah Kabupaten Bengkalis menampilkan 3 suku sekaligus, yakni Suku Lombok dengan nyanyian lagu Aku Sak Miskin dan Kapal Kalungkap serta penampilan Tari Losong.

Usai Suku Lombok, dilanjutkan penampilan Suku Sakai dari Kecamatan Mandau dengan menampilkan Tarian Poang yang beranggotakan belasan orang.

Tarian Poang berasal dari masyarakat Suku Sakai. Pada zaman dahulu, tarian ini dilakukan sebelum melakukan peperangan menghadapi penjajah oleh balang atau pendekar pilihan yang ada pada masyarakat Sakai di wilayah perbathinan, bathin 8 dan 5.

Tarian Poang ini diiringi oleh alat musik tradisonal suku Sakai yang bernama Odok/Gendang dan Gambang, gambang merupakan sejenis alat musik calempong namun terbuat dari bahan kayu.

Selanjutnya suku yang ditunggu-tunggu dari yakni suku asli dengan menampilkan Tari Gendong dan Joget Bontek dari Tanjung Padang. Masyarakat yang hadir pun riuh rendah dengan penampilan Joget Bontek dan langsung merapat ke lapangan Tugu Bengkalis.

Pada kesempatan itu, Ketua Suku Asli yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Kembung Baru Hendi Cong Meng mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang ikut memeriahkan pagelaran seni budaya yang merupakan kegiatan tahunan yang selalu diikuti dari berbagai suku, oleh karena itu menjadi daya terik tersendiri sehingga masyarakat Bengkalis sangat antusias menyaksikannya.

Pergelaran seni ini juga bertujuan untuk menghidupkan kembali nuansa budaya dan memberi apresiasi kepada masyarakat yang ada di Kabupaten Bengkalis yang kini telah jarang dilestarikan oleh kita, khususnya pada zaman globalisasi.***