SELATPANJANG - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mengenai indeks prestasi manusia (IPM) kabupaten/kota se-Riau, yang diberitakan beberapa media setempat mendapat tanggapan Pemkab Kepulauan Meranti. Terlebih data BPS tersebut menyatakan Meranti dan Inhil memiliki IPM terendah di Provinsi Riau yakni 65,50 poin dan 66,54 poin.

Bupati Kepulauan Meranti, Irwan Nasir melalui Kepala Bagian Humas dan Protokol, Rudi Alhasan menjelaskan bahwa rendahnya angka IPM suatu daerah bukan berarti parahnya pembangunan di suatu daerah.

"IPM masih rendah bukan berarti daerah tersebut pembangunannya tidak berjalan atau parah. Kalau masih kurang dari kebutuhan masyarakat barangkali iya," ungkap Rudi, Selasa (5/1/2021).

Menurutnya, IPM adalah metode penentuan level pembangunan suatu daerah melalui perbandingan dari angka harapan hidup, pendidikan dan standar hidup layak yang dihitung dari produk nasional bruto per kapita. IPM biasa digunakan untuk menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

"Meranti ini baru 12 tahun dimekarkan sebagai daerah otonomi. Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Riau apalagi kota Pekanbaru, tentu Meranti masih tertinggal jauh dari segi angka IPM mengingat sebelum jadi kabupaten daerah kita ini angka IPM-nya sangat rendah sekali. Daerah lain sudah lama membangun, kita baru mulai gencar membangun 10 tahun terakhir. Tentu saja masih banyak kebutuhan pembangunan belum terpenuhi," tambahnya.

Dia menambahkan bahwa tidak mudah untuk menaikkan angka IPM tersebut karena diukur dari aspek pembangunan yang sangat sensitif. Namun sejak menjadi kabupaten, lompatan angka IPM Meranti sangat signifikan.

"Alhamdulillah, IPM kita terus naik dari angka 59,71 poin tahun 2010, dan sekarang sudah 65,50 poin atau naik 5,79 poin dalam 10 tahun terakhir. Trend kita cukup baik karena kalau dilihat ada kenaikan signifikan dari tahun ke tahun. Memang tahun 2020 ini agak turun sedikit dari tahun 2019 yang pada angka 65,93, namun hampir semua daerah mengalami penurunan IPM ini diperkirakan akibat dampak Covid-19," ungkap Rudi.

Namun trend kenaikan angka IPM Meranti ini, sambung Rudi, jauh lebih baik dari Provinsi Riau secara umum.  Provinsi itu tahun 2010, IPM-nya 68,65 poin dan angka terakhir adalah 72,71 poin, artinya hanya naik 4,06 poin dalam 10 tahun terakhir. "Dari segi statistik, trend pergerakan angka itu sangat penting dilihat. Bukan angka akhir semata," tegas dia.

Rudi menambahkan, masih rendahnya angka IPM ini perlu menjadi perhatian bersama. Angka itu juga menggambarkan pelaksanaan pembangunan yang tak merata di suatu provinsi.

"Kita sangat berharap pemerintah pusat dan propinsi lebih adil dalam mengalokasikan kegiatan dan anggaran pembangunan agar daerah kita ini dapat mengejar ketertinggalan di berbagai bidang pembangunan dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Apalagi kita ini daerah baru dan kondisi geografis kita membutuhkan anggaran yang besar untuk membangun," tambah dia.

Sebelumnya, beberapa media setempat  memberitakan turunnya IPM Riau akibat dampak pandemi Covid19, dimana Meranti paling parah. Media mengutip rilis Badan Pusat Statistik Nasional yang menyatakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Riau tahun 2020 berada di angka 72,71. Angka ini Menurun 0,4 dibandingkan tahun sebelumnya.

Secara nasional angka ini masih berada di atas rerata nasional yang bernilai 71,94, tepatnya berada di peringkat tujuh nasional. Namun juga termasuk ke dalam 10 Provinsi yang mengalami penurunan selama 2020.

Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) terdapat 3 indikator utama, yaitu indikator kesehatan, tingkat pendidikan dan indikator ekonomi. Pengukuran ini menggunakan tiga dimensi dasar, yaitu: lamanya hidup, pengetahuan, dan standar hidup yang layak.

Dalam konteks Riau sendiri, Berdasarkan BPS Riau, kota Pekanbaru menjadi daerah dengan tingkat IPM terbaik yakni 81,32 disusul kota Dumai 74,40 dan Siak 73,68.

Dua kabupaten kota lain yang berada di atas angka rata-rata IPM Provinsi adalah Bengkalis yang naik tipis 0,2 poin dibanding tahun 2019, Bengkalis memiliki IPM 73,46 dan Kampar dengan yakni 72,68.

Sementara itu tujuh kabupaten masih berada di bawah rerata IPM Nasional. Berturut-turut Pelalawan di angka 71,56, Kuansing 70,31 dan Indragiri Hulu berada di angka 69,83. Menyusul setelahnya Rokan Hulu dan Rokan Hilir yang memiliki IPM 69,38 dan 68,93. Sementara Indragiri Hilir dan Kepulauan Meranti masih menjadi daerah dengan IPM paling rendah yakni masing-masing 66,54 dan 65,50.(rls)