MEDAN-Seorang Guru SMA Shafiyyatul Amaliyah mengadu ke Polrestabes Medan lantaran diduga dianiaya oleh orangtua murid hingga mengalami luka-luka.

Peristiwa penganiayaan yang dialami korban Syahyudi (38) yang seharinya mengajar di Sekolah Shafiyyatul Amaliyah Jalan Setia Budi Medan, bermula ketika pihak sekolah menggelar mediasi antara korban dengan orangtua siswa SMA berinisial MAS, pada hari Kamis 4 Oktober 2018 pekan lalu.

Mediasi itu digelar karena orangtua murid tak terima anaknya dihukum oleh sang guru, serta menuding Syahyudi dan Cindy wali kelasnya melakukan kekerasan berupa tamparan dan cekikan.

Akan tetapi, mediasi di Ruang Kepala Sekolah berlangsung panas hingga akhirnya kedua guru itu mendapat penganiayaan yang diduga dilakukan oleh orangtua murid.

Syahyudi yang tidak terima lalu membuat laporan ke Polrestabes Medan yang tertuang dalam Nomor : STTLP/2191/K/X/2018/SPKT Restabes Medan.

Demikian juga halnya dengan Cindy. “Akibat penganiayaan bersama- sama ini Cindy mengalami sakit di antara perutnya,” ujar Kuasa Hukum korban, Avrizal Hamdhy Kusuma SH MH menjawab GoSumut, Rabu, (10/10/2018) kemarin.

Membenarkan Penganiayaan

Sementara, Kepala Sekolah Shafiyyatul Amaliyah Bagus Kurniawan yang ditemui di ruang kerjanya membenarkan telah terjadi keributan di kantornya antara orangtua murid dengan guru hingga berujung penganiayaan.

Pihak sekolah juga mengambil tindakan tegas dengan memecat guru Cindy sedangkan Syahyudi diberi skorsing 3 hari.

Selain itu, Bagoes Maulana juga membenarkan penganiayaan itu. Bahkan Bagoes juga membenarkan kalau anak buahnya, memang melakukan tindakan fisik, dalam batas yang wajar. “Masing-masing pasti punya versi. Tepi mungkin tidak seperti yang dilaporkan siswa kepada orangtuanya,” ujar Bagus.

Ditambahkannya, saat kondisi ricuh, pihaknya sudah coba menenangkan situasi dan pertemuan itu kembali tenang. “Cindy memang sempat melakukan kekerasan fisik. Cindy saat itu memang menarik jambang hingga menjewer telinga murid tersebut. Bahkan Cindy juga dituding sempat melingkarkan dasi kepada sang murid karena dia memakainya tidak rapi. Ada juga pakai sapu, tapi bukan niat mau mukul. Sedangkan Pak Syahyudi dia ada menampar,” tambahnya.

YPSA, kata Kepala Sekolah memang tidak membenarkan kekerasan dan lebih mengedepankan cara-cara persuasif.

Kesalahan hanya diberlakukan sanksi dengan sistem poin yang disepakati bersama, termasuk kepada para guru. “Skorsing memang sudah dilakukan sesuai prosedur kita. Dan Cindy ini guru training. Ini bulan ketiga dia,” paparnya.

Selama ini, kata Bagus, Cindy memang dalam pengawasan sehingga yang bersangkutan dievaluasi dan atas kasus ini sekolah melakukan proses pembelaan. “Karena ini lembaga pendidikan, kita akan mengedepankan jalur kekeluargaan. Kita akan panggil orangtua itu lagi. Kita minta permintaan maaf resmi. Kalau tidak mau, yah kita pakai jalur hukum juga,” tandasnya.