PEKANBARU - Lahan dan hutan kembali terbakar di musim pertengahan panas 2018. Sementara itu, Indonesia sedang menyiapkan Asian Games yang akan dihadiri banyak negara.

Menurut pakar lingkungan DR Elviriadi MSi, saat memasuki musim kemarau, gambut yang terdegradasi di wilayah Sumatera dan Kalimantan rawan terbakar. Sehingga dapat mengganggu keberlangsungan kegiatan Asian Games.

"Sebagai negara yang berbasis sumberdaya alam dan lahan, Indonesia terlanjut membangun tanpa konsep pemikiran yang utuh. Akibatnya, seperti yang sering saya bilang, kita membangun sambil merobohkan," demikian analisis Elviriadi.

Dikatakan Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu lagi, dampak hilir yang mencolok pada zaman now, adanya kebakaran hutan dan lahan yang mempertaruhkan martabat bangsa di Asian Games 2018.

Menurutnya, perlawanan asap itu hanya antrian ketiga, ketika dua syarat sebelumnya terpenuhi. Antrian pertama luluh lantakkan hutan (deforestisasi sistematis) sehingga lahan terpapar sinar matahari, antrian kedua adalah habisi satwa (biodiversitas), vegetasi tersisa dan 'perkosa' gambut atas nama ekohidrologi.

Ditambahkan Dosen Fapertapet UIN Suska Riau itu, sekarang sudah ada regulasi melindungi gambut, peraturan buka lahan, PP 57, moratorium dan upaya upaya KLHK lainnya. Namun dalam kenyataannya, semua regulasi tersebut selalu kandas dan patah arang.

Kebijakan pemerintah yang tidak efektif itu, terjadi karena belum ada narasi intelektual yang kuat. Untuk mengevaluasi dan memberikan input fundamental, pemerintah perlu pollitical pressure dari kaum cendikiawan yang objektif. Istilah kerennya, schoolar-aktivis.

Saat ini, elv menilai, komitmen positif KLHK untuk memulihkan gambut dan ekosistem tidak ditopang oleh sistem pemerintahan secara keseluruhan, termasuk dari DPR RI. Oleh sebab itu, Menteri Siti Nurbaya mulai goyah, tekanan kuat tapi pijakan kaki rapuh.

Sebagai solusi, evaluasi mendasar dan menyeluruh terhadap pemanfaatan lingkungan hidup harus dilakukan.

"Contohnya, kebijakan land swap (ganti lahan) itu, kan solusinya kontroversial juga. Ibarat orang obesitas, kalau gonta ganti obat takkan manjur. Yang diperlukan perubahan prilaku, pengendalian nafsu makan, dan perbaikan orientasi hidup," jelas pria tambun yang bertekad gunduli kepala selagi hutan Riau belum pulih. ***