MOMENTUM Ramadan, Idul Fitri dan persiapan tahun ajaran baru tahun 2022 kali ini menghadirkan suasana yang berbeda. Jika pada tahun 2021 momentum Ramadan, Idul Fitri dan persiapan tahun ajaran baru masih berlangsung di tengah kebijakan protokol kesehatan yang ketat, maka pada tahun 2022 ini momentum Ramadan, Idul Fitri dan persiapan tahun ajaran baru berlangsung di tengah diperbolehkannya masyarakat beraktivitas diluar rumah seiring menurunnya kasus Covid-19 di Provinsi Riau.

Dibukanya aktivitas masyarakat dalam momentum Ramadan, Idul Fitri dan persiapan tahun ajaran baru tahun 2022 ini merupakan yang pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia di awal tahun 2020 yang lalu. Artinya, sudah 2 tahun berturut-turut masyarakat menjalani momentum Ramadan, Idul Fitri dan persiapan tahun ajaran baru dengan pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat. Kebijakan pelarangan aktivitas masyarakat di luar rumah pada tahun 2020 dan 2021 sangat bisa dimaklumi, karena pada saat itu kasus penularan Covid-19 sedang tinggi.

Tingginya jumlah kasus Covid-19 pada pertengahan tahun 2020 menyebabkan pemerintah memberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), yang operasionalisasi kebijakannya meliputi pembatasan aktivitas masyarakat selama Ramadan, pelarangan mudik pada saat libur lebaran dan penerapan pembelajaran online di tahun ajaran baru tahun 2020.

Sementara pada pertengahan tahun 2021, seperti dirilis oleh situs https://corona.riau.go.id/?s=2021, jumlah kasus terkonfirmasi sebanyak 51.304 orang per 15 Mei 2021. Tingginya kasus Covid-19 pada pertengahan tahun 2021 ini menyebabkan pemerintah masih menerapkan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), dimana secara operasional kebijakan ini juga masih meliputi pembatasan aktivitas ibadah selama Ramadan, pelarangan mobilitas mudik selama libur lebaran, dan pemberlakuan belajar online pada tahun ajaran baru 2021.

Momentum ''Keterbukaan'' Jelang Pertengahan Tahun 2022

Maka ketika kasus Covid-19 menjelang pertengahan tahun 2022 ini melandai, pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan yang memperbolehkan masyarakat untuk kembali melakukan aktivitas secara normal, tentu dengan imbauan kepada masyarakat untuk tetap mematuhi protokel kesehatan. Dimulai dari kebijakan diperbolehkannya masyarakat melepas masker di ruang terbuka, kebijakan pelonggaran aktivitas ibadah di masjid selama Ramadan, disusul diperbolehkannya mudik lebaran, dan kebijakan Kemendikbudristek untuk pemberlakuan pembelajaran tatap muka (PTM) 100% pada tahun ajaran baru 2022.

Rangkaian kebijakan pelonggaran aktivitas ini mendorong euforia mobilitas masyarakat yang selama 2 tahun berturut-turut ''terisolir'' akibat tingginya kasus Covid-19. Kebijakan pelonggaran aktivitas publik ini seperti era ''keterbukaan'' yang disambut gegap gempita setelah 2 tahun dikungkung dalam ''ketertutupan''. Maka masyarakat pun seperti melepas ''kepenatan'' dengan melakukan berbagai macam aktivitas di luar rumah, baik pada skala individu, keluarga, komunitas, perusahaan, pemerintah, maupun organisasi.

Masjid-masjid kembali ramai khususnya di bulan Ramadan, arus mudik lebaran meningkat tajam baik keluar maupun masuk Provinsi Riau, iven-iven organisasi terselenggara di berbagai tempat, aktivitas belajar mengajar pun disiapkan untuk berlangsung secara offline oleh lembaga-lembaga pendidikan.

Peningkatan mobilitas masyarakat di ruang publik menjelang pertengahan tahun 2022 salah satunya terpotret melalui situs https://www.google.com/covid19/mobility/ seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

GoRiau Tabel.
Tabel.

Dari tabel di atas terlihat bagaimana peningkatan mobilitas masyarakat yang sangat signifikan di ruang-ruang publik, seperti hotel, restoran, tempat rekreasi, terminal/bandara/pelabuhan dan perkantoran setelah setahun sebelumnya masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah karena adanya kebijakan PSBB/PPKM.

Kenaikan Harga Sawit Semester I 2022, Salah Satu Stimulator Meningkatnya Mobilitas Masyarakat Riau

Sawit sebagai komoditas pertanian yang dominan ikut memberikan sumbangan terhadap dinamika mobilitas masyarakat di Provinsi Riau. Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau, harga tandan buah degar (TBS) pada triwulan I 2022 maupun triwulan II 2022 secara yoy naik secara signifikan. Peningkatan harga TBS yang cukup tinggi di semester I 2022 ini menjadi pemicu utama yang mendorong terjadinya peningkatan konsumsi rumah tangga di Provinsi Riau, terlebih pada saat di perbolehkannya kembali masyarakat beraktivitas secara normal seiring turunnya kasus Covid-19 ketika memasuki triwulan II 2022.

''Keterbukaan'' di Triwulan II 2022 dan Kenaikan Harga Sawit, Anugerah bagi Perekonomian Riau

Kombinasi antara kebijakan pelonggaran aktivitas masyarakat dan meningkatnya harga sawit menjadi ''perpaduan serasi'' yang menstimulus perekonomian Riau di triwulan II 2022. Seperti terlihat melalui rilis pertumbuhan ekonomi Riau di link https://riau.bps.go.id/, secara qtoq di triwulan II 2022 perekonomian Riau tumbuh sebesar 0,29 %. Pertumbuhan qtoq di triwulan II 2022 ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan qtoq di triwulan I 2022 yang terkontraksi -0,57% dibandingkan triwulan IV 2021.

Faktor Ramadan, lebaran dan persiapan tahun ajaran baru biasanya disebut sebagai seasonal factor (faktor musiman) yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan triwulanan. Akan tetapi untuk kasus 2022, Ramadan, lebaran dan persiapan tahun ajaran baru ternyata juga berpengaruh terhadap pertumbuhan year on year (yoy). Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Riau yoy sebesar 4,88 % dibandingkan triwulan II 2021, padahal pada triwulan II 2021 juga ada momentum Ramadan, lebaran dan tahun ajaran baru. Pertumbuhan Triwulan II 2022 secara yoy ini bahkan lebih tinggi dibandingkan Triwulan I 2022 yang sebesar  4,72 %. 

Dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Riau ini salah satunya dipicu oleh peningkatan konsumsi  rumah tangga yang tumbuh secara yoy sebesar 5,15 % . Adapun sub komponen konsumsi rumah tangga yang mengalami pertumbuhan yoy  cukup tinggi, yaitu sub komponen transportasi dan rekreasi yang tumbuh masing-masing sebesar 15,66 % dan 15,32 %.

Secara konsep, yang dimaksud dengan subkomponen transportasi di dalamnya juga termasuk pembelian kendaraan baru baik roda 4 maupun roda 2 oleh rumahtangga.

Pertumbuhan pembelian kendaraan roda 4 dan roda 2 (baik baru maupun bekas) oleh rumah tangga di Riau terlihat dari pengurusan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) I dan II. Pada triwulan II 2022, secara yoy pertumbuhan BBNKB I dan II untuk kendaraan plat hitam roda 2 maupun roda 4 jenis minibus secara yoy tumbuh secara sangat signifikan.

Peningkatan penjualan kendaraan roda 4 oleh rumah tangga diduga disebabkan karena adanya kebijakan dibolehkannya mudik dan libur lebaran, yang bertepatan dengan sedang naiknya rata-rata harga TBS selama beberapa bulan sebelumnya. Kedua hal tersebut mendorong rumah tangga melakukan pembelian kendaraan roda 4, baik baru maupun bekas.

Sedangkan peningkatan penjualan roda 2 oleh rumah tangga diduga disebabkan karena kebijakan pembelajaran tatap muka secara offline pada tahun ajaran baru 2022, yang mendorong rumahtangga membeli kendaraan roda 2 sebagai sarana transportasi anggota rumah tangganya yang sekolah/kuliah.

Sementara untuk sub komponen rekreasi yang naik signifikan secara yoy sebesar 15,32 % menjadi implikasi lanjutan dari dilonggarkannya kebijakan mudik dan liburan pada saat lebaran 2022. Hal itu terkonfirmasi dari fenomena ramainya pengunjung yang memadati berbagai destinasi wisata, baik di Riau maupun di luar Riau.

Waspada di Tengah Anugerah

Di tengah kembali normalnya aktivitas masyarakat yang mendorong kembali bergairahnya aktivitas ekonomi di berbagai sektor, kita tetap harus waspada dengan ancaman pandemi yang menurut para ahli sejatinya belum selesai.

Belum lagi masih adanya bayang-bayang ancaman resesi ekonomi global akibat konflik Rusia-Ukraina dan potensi konflik di kawasan lain yang berpotensi mempengaruhi perekonomian lokal/nasional.

Maka, tetap mejaga protokol kesehatan di tingkat masyarakat, serta kreatifitas pemerintah dalam membuat kebijakan mitigasi terhadap ancaman resesi ekonomi, adalah dua bentuk kewaspadaan agar pertumbuhan ekonomi yang baik ini bisa dijaga di waktu yang akan datang. Semoga!***

Muji Basuki adalah statistisi di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau.