PEKANBARU - Calon Presiden (Capres) 01, Joko Widodo, dianggap sebagai salah satu petahana yang sedang panik.

Hal ini diungkapkan 'Presiden Akal Sehat' Rocky Gerung, saat bedah buku di GOR Tribuana Pekanbaru, Rabu (27/3/2019).

Pasalnya kata Rocky, saat ini Joko Widodo tidak bisa menerima kenyataan dimana ada gelombang besar yang menginginkan perubahan dan keadilan.

"Saya berulang kali blusukan keliling Indonesia, bertemu dengan masyarakat, kaum milineal, mahasiswa, bahkan emak emak. Dan mereka ini semuanya menginginkan perubahan dan keadilan," ujarnya.

"Disinilah, Joko Widodo mulai panik," tandasnya.

Pengamat politik yang juga dosen filsafat dari Universitas Indonesia (UI) itu juga mengatakan, gelombang perubahan dan keadilan itu, berasal dari kaum milineal dan mahasiswa.

"Itu belum lagi gelombang perubahan yang menginginkan stabilitas harga dari emak-emak, yang faktanya hari ini tidak bisa ditawar-tawar lagi," tegasnya.

Efek dari keanikan itu kata Rocky, pemerintah seakan ingin membungkam kebebasan berbicara.

Bahkan kata dia, samai ada menteri yang mewacanakan penjeratan dengan undang-undang terorisme sebagai tameng.

Menurut Rocky Gerung, ide menteri tersebut adalah ide yang sangat gila.

"Mereka tidak bisa membedakan UU. Padahal didalam undang-undang terorisme ada istilah tuduh dulu baru adili," tukasnya.

Menurut Rocky, jika dbiarkan akan sangan mebahayakan. "Karena filosofinya begitu, tuduh dulu baru adili. Jadi mereka yang menginginkan undang-undang terorisme untuk mengancam demokrasi, itu sama saja menganggap rakyat Indonesia ini dengan terorisme," tegasnya.

Karena perubahan itu semakin hari semakin besar kata dia, maka Jokowi pun dianggap akan sulit membendung, sekali pun berbagai cara sudah dilakukan.

"Karena, gelombang perubahan itu datang bukan dari tebar ancaman. Tapi, dari akal sehat yang diperintah nurani, karena ada ketidak adilan. Masa orang mau bikin akal sehat disebut teroris, menginginkan stabilitas harga teroris. Masa orang memakai panci di kepala disebut teroris. Jadi ada satu kepanikan, hanya karena petahana panik dan gugup menghadapi gelombang baru dari kaum mileneal, mahasiswa dan emak emak ini," pungkasnya. ***