JAKARTA -- .Al-Ḥajaru al-Aswad (Hajar Aswad) merupakan sebuah batu yang diyakini oleh umat Islam berasal dari surga. Dikutip dari Wikipedia, yang pertama kali menemukannya adalah Nabi Ismail dan yang meletakkannya adalah Nabi Ibrahim.

Dahulu, batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh Jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam. Batu ini memiliki aroma yang unik dan ini merupakan aroma wangi alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya, dan pada saat ini batu Hajar Aswad tersebut ditaruh di sisi luar Kakbah sehingga mudah bagi seseorang untuk menciumnya.

Mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi Muhammad SAW, karena dia selalu menciumnya setiap saat tawaf.

Hajar Aswad pernah hilang dari Kakbah selama 22 tahun. Batu ini hilang karena dicuri oleh pemimipin gerakan Qaramithah, Abu Thahir Sulaiman.  

''Hajar Aswad pernah meninggalkan tempatnya di Ka'bah dan meninggalkan Makkah selama sekitar 22 tahun ke Bahrain dibawa Abu Tahir,'' tulis Ahmad Rofi Usmani dalam bukunya ''Makkah dan Madinah''. 

Abu Thahir Sulaiman pemimpin gerakan Qaramithah. Gerakan Qaramithah ini, menurut catatan sejarah Islam, adalah suatu gerakan yang berakar pada ide-ide radikal. Didirikan oleh seorang tokoh sekte Ismailiyah wilayah kufah Hamdan Ibn Al-Asy'ats yang digelari Qaramath di luar kota Wasith setelah berakhirnya pemberontakan Zanj pada 264 H/877 M . 

Ahmad Rofi menuturkan, gerakan ini bertujuan membangun suatu masyarakat yang mengarah pada kebersamaan dan keadilan yang didasarkan pada persamaan. Sedangkan tujuan politiknya untuk menopang Dinasti Fatimiyyah yang didirikan Ubaidullah bin Al Hasan Al Mahdi. 

''Peristiwa tersebut terjadi pada 317H/929M,'' ujarnya.

Peristiwa ini memicu kemarahan umat Islam di berbagai penjuru dunia Islam kala itu. Melihat reaksi umat Islam yang demikian besar, Al-Qai'm, penguasa kedua Dinasti Fatimiyyah di Afrika Utara yang memiliki hubungan dengan gerakan tersebut, meminta Abu Thahir untuk mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya semula.

''Namun, permintaan ditolak mentah-mentah oleh pemimpin gerakan Qaramithah tersebut,'' tulisnya. 

Peristiwa itu terjadi ketika kekuasaan politik Dinasti Abbasiyyah di bawah pemimpinan Al-Mu'tadhid mengalami kemunduran. Maka, gerakan Qaramithah di bawah pimpinan Abu Thahir Sulaiman pun menyerang wakil pemerintah Dinasti Abbasiyah yang berkedudukan di Makkah. 

Gerakan ini membunuh tak kurang dari 30 ribu jamaah haji dan warga setempat, merampas harta benda mereka dan melarikan Hajar Aswad dari Kakbah, membawanya ke Hajar, Bahrain, pusat kekuasaan mereka. 

Gerakan ini bertahan hingga 422/1030 M meski sudah tidak lagi memiliki kekuasaan militer dan politik. Malah, secara lokal mereka masih ada sampai abad ke-12H/18M yang kemudian menjelma dalam tubuh kelompok Makramiyyah yang berpusat di Hajar, yang diberi nama baru dengan kelompok Muminiyah dan terletak di Hufuf Arab Saudi. 

Hajar Aswad baru berhasil dikembalikan ke tempatnya semula pada 339 H/951M setelah penguasa ketiga Dinasti Fatimiyyah Al-Mansur, meminta kepada pengganti Abu Thahir Sulaiman, yaitu Ahmad Ibnu Abu Sa'id Al Qaramathah untuk mengembalikan Hajar Aswad ke Kakbah. 

Permintaan tersebut dipenuhi pemimpin ke-5 gerakan Qaramithah tersebut. Sejak itu, Hajar Aswad tetap berada di tempatnya hingga saat ini.

''Tentu kita tidak mengharapkan Hajar Aswad pergi lari dari tempatnya,'' tulisnya.***