Mulailah suasana berubah menjadi terdiam, dengan lembut Aisya berkata kepada Syarief.

“Besok, Aisya mau pulang kampung kak!“

“Kenapa pulang?“

“Aisya mau jenguk orang tua kandung Aisya di kampung.”

“Terus… kapan balek ke sini?“

“Gak lama, cuma dua minggu.“

“Lama kok?“

“Gak lama hay kak.”

“Oia, hampir lupa, tadi Ibu kasih uang buat kita.” sambung Aisya sambil mengeluarkan uang dari saku bajunya.

“Ini buat kakak, ini buat adik!” kata Aisya sambil membaginya.

Syarief pun mengambil uang bagiannya dan berkata, “Yasudah, kalau besok jadi pulang kampung, hati-hati ya sayang, jangan sampai diambil orang.” kata Syarief perhatian dalam canda.

“Kakak bisa aja.” tanggap Aisya sambil tersenyum dan tersipu malu, karena baru kali ini Aisya mendengar kata-kata sayang dari Syarief.

“Yuk belajar!” Sambung Aisya sambil bangun.

“Ia.” jawab Syarief sambil bangun dari duduknya.

Maka mereka pun belajar bersama teman-teman sambil menunggu Ustaz Hasan datang. setelah Ustaz datang, mereka pun melanjutkan pelajaran mereka, dan pulang.

Pada saat pulang, Syarief dan Aisya kembali pulang bersama sehayun dalam melangkah.

“Malam besok, kakak tinggal sendirian, moga Aisya cepat kembali ya?” kata Syarief yang sedang berjalan di samping Aisya, dengan perasaan mulai gelisah.

“Ia kak.” jawab Aisya.

“Eummm oia!” kata Syarief lagi sambil berhenti.

Aisya juga berhenti, dan bertanya, “Kenapa?”

Uhibbuki[1]” kata Syarief sambil berjalan kembali.

Mendengar kata-kata itu, Aisya tertegun tertawa sambil ia tutup mukanya dengan kitab yang ada di genggamannya, ia malu, karena ia tau apa artinya, walau ia tidak bisa menjawab dengan bahasa yang sama.

“Kok ketawa?” tanya Syarief.

“Gak papa… terimakasih ya kak! karena kakak sudah sudi mencintai Aisya, semoga Allah lebih mencintai kakak dari pada kakak mencintai Aisya.” jawab Aisya.

“Amin…” jawab Syarief dengan ikhlas.

Akhirnya tibalah perjalanan mereka di depan rumah Aisya, maka mereka pun berhenti.

“Kakak… Aisya sayang sama kakak, dan Aisya juga cinta sama kakak.” kata Aisya dengan sangat ikhlas, seakan-akan ia tau, bahwa besok Allah tidak lagi mengizinkannya untuk mengucapkan kata-kata itu untuk Syarief.

“Ia, semoga Allah lebih mencintai Aisya!”

Lalu Aisya pun masuk ke rumahnya, begitu pula Syarief, ia juga pulang untuk Shalat Isya.



[1] Uhibbuki artinya Aku mencintaimu (Bahasa Arab)