PALEMBANG - Kasus pembunuhan Manajer Bank Mandiri Cabang Baturaja, Ogan Komering Ulu (OKU), Sumsel, Yoppy Novrianto (35) diduga kuat dilatarbelakangi urusan sahwat antara korban dengan tersangka. Keduanya diketahui sesama jenis.

Pembunuhan ini berawal ketika korban mengendarai mobil Toyota Rush bernomor polisi BG 1594 RT, dan bertemu dengan tersangka MA (15) dan SP (16). Kemudian korban mengajak keduanya jalan-jalan sore di Baturaja, Minggu (21/2).

Selama perjalanan, korban diduga meraba-raba paha MA yang duduk di sebelah kiri. MA menolak dan mencoba berontak. Korban marah dan membentak tersangka MA dengan kata-kata kasar.

Kemudian korban kembali mengulangi perbuatannya itu. MA lantas kesal. MA spontan mencari alat buat memukul korban. Namun usahanya gagal. Saat korban meraba-raba ke bagian belakang, tersangka menemukan sabuk kipas dan langsung menjerat leher korban.

Namun hingga kini polisi masih menyelidiki lebih detail kronologis kematian korban. Polisi pun enggan buru-buru membuat kesimpulan terkait penyebab tewasnya korban.

"Keterangan tersangka dicabuli. Hal itu belum dijawab, dan masih terlalu dini untuk menjurus ke sana. Nanti kita periksa lagi," kata Kapolres Ogan Komering Ulu AKBP Dover Christian, Rabu (24/2).

Sementara itu, SP ikut membantu menjerat leher korban hingga tewas. Para pelaku yang kaget menghubungi dua rekannya yang lain RS (16) dan AK (17).

Setelah sempat bingung, keempat pelaku akhirnya memutuskan menghilangkan barang bukti dan mengubur jasad korban. Para pelaku pun membawa korban dan menguburnya di semak-semak sedalam empat meter, lokasinya sekitar dua kilometer dari lokasi pembunuhan.

"Tersangka RS dan AK turut membantu menguburkan korban," ujar Dover.

Kasus pembunuhan ini terbongkar berawal saat rekan kerja Yoppy, Yusuf, yang tinggal serumah di rumah dinas, sekitar pukul 23.00 WIB, mendapati korban tidak ada di dalam rumah.

Yusuf yang baru tiba dari Palembang khawatir karena saat pintu digedor, korban tidak menjawab. Sedangkan kondisi pintu terkunci dan suara televisi dari dalam rumah terdengar keras.

Sementara, mobil dinas yang terparkir juga tidak ada di halaman rumah. Keesokan harinya, Yusuf ke kantor Bank Mandiri untuk menanyakan keberadaan korban. Ternyata korban tidak ada di tempat. Pihak bank langsung menghubungi istri korban di Palembang. Tetapi, hasilnya sama korban tidak ada di Palembang. Keluarga lantas melapor ke polisi atas kehilangan tersebut.

Polisi yang melakukan penelusuran menemukan mobil korban di area perkebunan jagung di Desa Tanjung Baru, OKU. Saat itu mobil dalam keadaan kosong dan pintu terkunci.

Sedangkan jasad korban ditemukan terkubur di Desa Kurup, Kecamatan Lubuk Batang, Rabu (24/2) sekitar pukul 03.00 WIB. Jenazah lantas dibawa ke kamar mayat RSUD Ibnu Sutowo Baturaja untuk dilakukan autopsi.

MA dan RS, yang masih berstataus pelajar salah satu SMK Negeri Muara Enim akhirnya ditangkap. Sementara dua pelaku lain dinyatakan buron berinisial AK (17) pelajar SMA Muara Enim, dan SP (16) pelajar SMA Baturaja.

Polisi menangkap para tersangka di rumah masing-masing di Desa Lubai, Muara Enim, Selasa (23/2) malam. Petugas mendapati beberapa barang milik korban yang dicuri tersangka, seperti jam tangan, ponsel, komputer jinjing, dan catu daya.

"Kami masih kejar kedua pelaku lain dan menyelidiki motif pembunuhannya," ujar Dover.

Para tersangka akan dijerat pasal berlapis, yakni Pasal 338 jo 365 jo 351 (3) jo 170 (3) KUHP dengan ancaman hukuman penjara selama 12 tahun hingga seumur hidup.

Dover mengatakan, pasal yang dikenakan bisa saja bertambah mengingat pemeriksaan masih berlanjut, terutama untuk mengetahui motif pembunuhan.

"Kasus ini masih kita dalami. Untuk motif kita masih dalami," kata dia.

Tepis LGBT

Pemberitaan yang menyatakan Yoppy Novriandi (35) berlatar kelompok LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender), ditepis pihak keluarga. Bagi keluarga, kematian manajer Bank Mandiri Cabang Baturaja itu murni dibunuh.

Wendi (42), keluarga korban mengatakan, Yoppy memiliki istri yang bernama dr Ninin dan rumah tangganya tidak ada masalah. Meski belum memiliki anak, hubungan keduanya tetap baik.

"Dia (korban) punya istri, dia normal. Tidak benar pemberitaan yang menyebut LGBT itu, kami membantah, itu tidak benar," ungkap Wendi di kamar mayat Rumah Sakit Bhayangkara Palembang, Rabu (24/2).

Pihaknya berharap, polisi mengungkap kasus ini hingga tuntas dan menangkap dua pelaku yang masih buron.

"Kami tunggu hasil penyelidikan kepolisian karena masih ada dua pelaku lagi yang menjadi DPO," ujarnya.

Informasi yang diperoleh, istri korban, dr Ninin, bekerja sebagai dokter di UGD RS Pusri Palembang.***