GAZA, GORIAU.COM - Warga Gaza menemukan kedamaian pada akhir bulan suci Ramadan dengan melaksanakan salat di sebuah gereja umat Kristen di tengah gempuran bom dan tumpahan darah.

Mahmud Khalaf, warga Gaza, mengatakan komunitas Kristen di Gereja Saint Porphyrius mengundangnya untuk beribadah di dalam gereja. Gereja itu juga menjadi tempat pengungsian bagi Khalaf dan keluarga setelah bom Israel meledakkan wilayah tempat tinggalnya di Shaaf, Gaza.

"Mereka mengundang kami untuk beribadah di dalam gereja. Saya sebelumnya tidak mengenal satu orang pun umat Kristen di sini, tapi kini kami telah menjadi saudara," kata Khalaf, sebagaimana dilansir situs Thenews.com.pk pada 26 Juli lalu.

Saat memasuki gereja, umat Nasrani akan menyambut para muslim dengan ucapan marhaban atau selamat datang. Menurut Khalaf, dia telah mengungsi selama dua pekan di gereja itu. Ritual puasa pada Ramadan pun dilakukannya di sana. (Baca: Israel Gencatan Senjata 24 Jam, Hamas Tak Sepakat)

"Umat Kristen tentunya tidak berpuasa. Namun mereka menghormati kami dengan tidak makan dan minum di depan kami. Mereka juga tidak merokok saat berada di sekitar kami yang sedang puasa," ujar Khalaf.

Awalnya, Khalaf mengaku merasa janggal karena harus salat di ruangan yang sama dengan tempat patung Yesus Kristus berada. Namun jemaat gereja itu membantu dia dan pengungsi lainnya dalam beribadah, sehingga mereka merasa nyaman. Selama Ramadan, menurut Khalaf, dia dan para pengungsi lainnya selalu melakukan saat tarawih berjemaah di dalam gereja itu. "Hal ini mengubah pandangan saya tentang umat Kristen," kata Khalaf.

Gereja Saint Porphyrius sejauh ini telah menampung 500 pengungsi Gaza yang selamat dari baku tembak antara pasukan Israel dan Hamas. Baku tembak antara Israel dan Hamas yang telah berlangsung 20 hari ini menewaskan sedikitnya 1.050 warga Gaza yang sebagian besar merupakan warga sipil. Sebanyak 42 tentara dan tiga warga sipil Israel pun tewas dalam konflik ini.

Warga muslim Palestina yang wafat dari serangan militer Israel di Jalur Gaza menjadi 1.062 pada Minggu (27/07/2014), kata seorang pejabat Departemen Kesehatan.

"Serangan udara dan artileri Israel menyebabkan sepuluh orang Palestina wafat di beberapa bagian wilayah itu pada hari Minggu," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qodra Anadolu Agency.

Dia menambahkan bahwa tiga warga Palestina juga wafat akibat luka yang disebabkan serangan Israel pada bagian yang berbeda dari Jalur Gaza selama beberapa hari terakhir.

Al-Qodra menambahkan bahwa sekitar 6.037 warga Gaza terluka sejak awal serangan Israel pada tanggal 7 Juli. Yang mengatakan bahwa tujuan Israel adalah untuk menghentikan serangan roket yang berasal dari strip diblokade.***