NUNUKAN, GORIAU.COM - Volume tenaga kerja Indonesia (TKI) di Sabah, Malaysia terus bertambah. Kondisi itu berbanding lurus dengan jumlah anak TKI yang juga terus bertambah.

Konsulat Republik Indonesia di Tawau mencatat, terdapat sekitar 50 ribu anak TKI yang sampai saat ini belum mencicipi bangku sekolah. Hal ini dikemukakan Pelaksana Fungsi Sosial Budaya KRI Tawau, Dian Ratri Astuti.

"Hanya sekitar 30 persen anak TKI yang sudah terlayani pendidikan saat ini," ungkap Dian saat ditemui di Tawau, Sabtu (6/11).

Dian menjelaskan, jumlah anak TKI di daratan Sabah, Malaysia yang terlayani pendidikan saat ini sebanyak 20.759 orang. Jumlah tersebut tercover dalam Pendidikan Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Yayasan Humana dan Community Learning Center (CLC).

"Data ini terus kami update setiap tahun," terang Dian.

Wanita berhijab ini menambahkan, Konsulat RI Tawau memiliki data sebaran anak TKI di daratan Sabah. Kendati begitu, data tersebut belum sepenuhnya sempurna lantaran diyakini masih ada saja anak TKI dikawasan terpencil yang tidak terdata.

Data tersebut kemudian menunjukkan, jumlah anak TKI terbanyak masih berada di kawasan Tawau yakni sebanyak 26.248 anak. Selanjutnya di kawasan Sandakan terdapat 8.788 anak. Sementara di Kudat sebanyak 110 anak, di wilayah Kota Marudu sebanyak 5.730 anak serta di kawasan pedalaman Sabah sebanyak 4.489 anak.

"Data ini akan terus berubah seiring bertambahnya jumlah TKI yang masuk ke Malaysia khususnya Sabah," imbuh Dian.

Masih dikatakan Dian, perhatian terhadap pendidikan anak-anak TKI di daratan Sabah sangat diprioritaskan. Tidak muluk-muluk kata dia, dengan pendidikan yang layak, anak TKI dikemudian hari tidak menjadi penerus profesi orangtua mereka.

"Minimal mereka tidak kembali ke ladang seperti orangtua mereka," tegas Dian.

"Kalaupun kembali ke Ladang, mereka berada di posisi staf perusahaan, bukan bekerja sebagai buruh kasar," tambahnya.

Atas alasan itupula, seluruh jajaran di konsulat daratan Sabah sebisa mungkin mendorong anak-anak TKI usia sekolah berada di bangku sekolah saat orangtua mereka turun ke ladang atau perkebunan.

Tak hanya mendorong, Konsulat RI Tawau bahkan memiliki jadwal rutin memonitoring kawasan ladang maupun perkebunan yang menjadi kantung-kantung TKI. Termasuk aktivitas anak-anak TKI yang bersekolah di Humana maupun CLC.

"Jadi tidak hanya pelayanan kekonsuleran, tapi juga aspek-aspek lain yang bersentuhan dengan TKI kita di sini (Sabah, Red) utamanya pendidikan anak-anak mereka," tutup Dian.***