PELALAWAN, GORIAU.COM - Wakil Menteri (Wamen) Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S melakukan kunjungan ke SD dan SMP Global Andalan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Minggu (3/11/2013). Sekolah Global Andalan menjadi sekolah sasaran untuk implementasi kurikulum 2013.

Untuk itu, Wamen mengharapkan agar setiap sekolah lebih mengutamakan sistem pembelajaran dan pembentukan karakter anak didik. "Tujuan perubahan ke Kurikulum 2013 merupakan langkah lebih maju bagi dunia pendidikan untuk mengembalikan sistem ajar-mengajar ke pembelajaran dan pembentukan karakter sang anak," kata Wamen.

Dalam kunjungannya, Wamen disambut SHR Head PT RAPP, Mabrur AR, Ketua YKCK, Jansen Yudianto, Kepala Sekolah Global Andalan, Adven Daili beserta guru dan staf lainnya. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada tiga ranah yang perlu dinilai, yakni lebih menekankan penilaian pada sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Dalam Kurikulum 2013, sikap tertuang dalam Kompetensi Inti (KI) satu sampai empat, dan termuat juga dalam Kompetensi Dasar (KD) satu dan dua. Pengetahuan baru dimulai pdaa KD tiga dan keterampilan di KD empat. Dengan demikian, penilaian siswa seluruhnya diserahkan pada sikap bukan hanya pada kognitif semata seperti pelaksanaan UN selama ini.

Kurikulum 2013 akan sangat bertentangan dengan UN jika UN masih dilaksanakan. Alasannya, tentu saja UN hanya menilai pengetahuan siswa melalui angka-angka tanpa melihat sikap yang tidak bisa dinilai semudah menorehkan angka-angka.

Dalam Kurikulum 2013 dikenal dengan pendekatan scientific. Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pendekatan ini paling tidak dilaksanakan dengan melibatkan tiga model pembelajaran, diantaranya problem based learning, project based learning dan discovery learning.

Pada dasarnya, ketiga model pembelajaran yang diharapkan terlaksana dalam Kurikulum 2013 tersebut, sudah dijalankan sebagian guru dalam pembelajaran selama ini. Model pembelajaran tersebut pun bukan lagi model lama yang mesti dipelajari guru. Kemudian muncul anggapan bahwa pembelajaran yang terjadi tidak bisa menghadirkan suasana nyaman pada siswa, hak itu kembali pada proses pembelajaran.

Jangan pernah lupa, bahwa siswa punya tingkatan tersendiri dalam diri mereka. Ada yang diam. Ada yang aktif, ada yang bandel dan ada yang malas. Soal kebodohan yang kata yang sama makna dengannya itu tidaklah ada dalam kamus pendidikan. Bodoh hanya milik orang-orang malas belajar dan membuang waktu percuma dengan berbagai masalah yang semakin terlarut dalam waktu.

Maka, pelaksanaan Kurikulum 2013 pun akan mengalami hal yang serupa di kurikulum terdahulu jika paradigma masyarakat kita khususnya pelajar masih beranggapan bahwa guru adalah segala. Proses pembelajaran bukanlah mau guru dan mau kurikulum, guru hanya merencanakan dengan membuat skenario, kemudian guru menjadi sutradara, tinggal siswa-siswi yang berperan sesuai karakter yang sudah ditentukan.(rls/tri)