SIAK - Winrock International menggagas kegiatan sekolah lapang budidaya sagu untuk petani di Desa Mengkapan, Bunsur dan Lalang Kabupaten Siak, Riau. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah di Kabupaten Siak meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pengembangan budidaya gambut yang berkelanjutan dan komprehensif.

Dipilihnya paludikultur sagu ini, karena daur hidup sagu panjang dengan masa panen 9 sampai 10 tahun, kemudian biaya investasi sagu berkisar Rp33 juta per hektar sementara peremajaan sawit Rp62 jutaan per hektar. Selain itu, di sekitar kebun sagu bisa ditanami tumpang sari yang cepat panen seperti keladi dan buah merah.

GoRiau Foto bersama panitia dengan pe
Foto bersama panitia dengan perwakilan petani. (Foto: Ira Widana)
Perwakilan Winrock Internasional, Indira Nurtanti menyebutkan petani yang terpilih mengikuti kegiatan sekolah lapang budidaya sagu ini sebelumnya sudah mengikuti seleksi berdasarkan lokasi kegiatan dan komoditas yang dikembangkan. Sebanyak 20 petani dinyatakan lulus untuk mengikuti kegiatan selama 4 hari kedepan, yang hari pertama dilakukan secara online sedangkan hari kedua hingga ke empat langsung turun ke lapangan.

"Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan langsung kepada para petani sagu untuk meningkatkan pengetahuan serta skil dalam melakukan praktik-praktik pertanian di lahan gambut secara berkelanjutan. Jadi hari pertama kegiatan ini dibuka melalui webinar, selanjutnya hingga hari keempat nanti dilakukan dengan praktek lapangan yang dilaksanakan di demoplot proyek Desa Bunsur," ujar Indira melalui zoom meeting, Senin (6/4/2021) saat acara pembukaan.

Bupati Siak Alfedri yang diwakilkan Asisten I Setdakab Siak, Budi Yuwono yang secara resmi membuka acara tersebut mengatakan, program budidaya sekolah lapang yang digagas Winrock Internasional ini sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya petani untuk dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Sebab, dari luas Kabupaten Siak keseluruhan, sekitar 57 persen lahannya gambut.

"Sehingga, jika lahan gambut ini dikelola dengan baik dan benar, maka ini jelas akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Selanjutnya dapat mengurangi resiko terjadinya kebakaran lahan yang kini sudah menjadi bencana nasional yang harus dihindari terjadi. Jadi kita pemerintah daerah sangat mendukung sekali kegiatan Winrock Internasional ini. Apalagi bukan kali ini Winrock membuat kegiatan untuk lingkungan di Siak," imbuh Budi Yowono sekaligus mengingatkan seluruh peserta kegiatan dapat mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

GoRiau Peserta kegiatan webinar sekol
Peserta kegiatan webinar sekolah lapang budidaya sagu yang ditaja Winrock Internasional. (Foto: Ira Widana)
Selanjutnya, Arif Budiman selaku Country Representative Winrock Internasional menyebutkan Winrock Internasional berinisiatif mendukung percepatan program pemerintah di lahan Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) dan implementasi program Siak Hijau dengan mengembangkan dan melaksanakan proyek percontohan berbasis model bisnis berkelanjutan untuk kelompok tani lokal dengan memasukan prinsip hidrologi yang tepat dan teknik budidaya gambut berkelanjutan (paludikultur).

"Sagu merupakan salah satu komuditas paludikultur yang sangat potensial. Dengan praktik paludikultur sagu akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu juga, paludikultur ini membuat gambut lestari. Itulah kenapa dalam kegiatan ini kita memilih paludikultur sagu," kata Arif Budiman sebelum sederet narasumber memaparkan materi untuk peserta webinar di Hotel Harmoni 21, Siak, Riau.

Kegiatan ini didukung penuh Pemkab Siak Dinas Perkebunan dan Pertanian serta Pemda Kepulauan Meranti Dinas Perkebunan dan Holtikultura di Kabupaten Siak dan Meranti dalam program ini. Adapun materi yang disajikan meliputi prinsip paludikultur untuk pertanian lahan gambut, pengenalan prinsip dasar bisnis model yang berbasis komunitas dan implementasi prinsip hidrologi untuk restorasi lahan gambut. ***