JAKARTA - Youtube adalah sebuah web yang memungkinkan penggunanya mengunggah, menonton dan mengomentari video. Masalah kemudian timbul ketika beberapa judul video di youtube mengadu domba antartokoh yang memiliki banyak pengikut, bahkan membenturkan antarumat beragama.

Pengamat media sosial dari Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi Hariqo Wibawa Satria menjelaskan, dulu masyarakat mengkritik media konvensional seperti koran, tv, radio jika menyajikan konten yang mengadu domba, sekarang kita dituntut untuk menjalankan kritik-kritik tersebut karena kita juga adalah media. Seseorang terlihat karakter aslinya bukan hanya saat memegang kekuasaan, namun juga saat mempunyai media.

''Beberapa pengguna youtube menggunakan judul provokatif bahkan mengadu domba tokoh, harapannya pengikut, penggemar dari tokoh tersebut menonton videonya sehingga pelanggan dan penonton akun youtubenya bertambah. Mereka tidak peduli dengan dengan caci maki warganet di kolom komentar youtube. Padahal caci maki itu timbul karena kesalahpahaman dari video yang diunggah oleh oknum youtuber tersebut. Mereka tidak sadar caci maki tersebut bisa melahirkan dendam yang berujung kebencian bahkan perkelahian hingga perpecahan,'' ujar Hariqo Wibawa Satria di Depok, Rabu (14/02/2018)

Hariqo menambahkan, dalam konteks ini setidaknya ada dua tipikal pengguna youtube; pertama, individu, komunitas maupun organisasi yang memproduksi video kemudian menggunggahnya dengan judul sesuai isinya. Kedua, pengguna yang mengambil video karya orang atau pihak lain, kemudian dengan beberapa modifikasi mengunggahnya dengan judul-judul yang mengadu domba. Menurut Hariqo, judul-judul yang mengadu domba antar tokoh di youtube umumnya dilakukan oleh akun-akun youtube pribadi atau anonim bukan oleh akun youtube organisasi atau komunitas.

Lebih lanjut Hariqo menjelaskan sebenarnya mengunggah video dua tokoh dengan pendapat yang berbeda sah-sah saja, selama tidak dibumbui dengan hal-hal yang provokatif, pengguna dapat menggunakan judul, misalnya “Ini Pendapat A dan B tentang Isu C”.

Selain itu sumber video harus dicantumkan lengkap dan video disampaikan utuh. Kemudian youtuber sebaiknya juga memberikan keterangan pada kolom keterangan tentang referensi lainnya. Pengguna juga dapat memanfaatkan kolom komentar dengan menjelaskan tujuan video kepada komentator yang berkomentar miring, atau segera menghapus komentar yang berusaha mengadu-domba.

Hariqo menjelaskan, sebelumya peringatan untuk oknum youtuber yang gemar membuat judul adu domba disampaikan oleh Budayawan Emha Ainun Najib. Dalam video yang diunggah akun instagram @coko_tomo, Emha Ainun Najib mengatakan:

''Anak-anak ini tak doain supaya mudah-mudahan mendapatkan pekerjaan yang lebih halal. Daripada mengadu domba saya dan siapapun, daripada datang ke maiyyah, ngincar-ngincar, ngerekam, terus malamnya langsung upload, dipotong-potong sesuai dengan seleranya yang penting ada like, subscribe, dapat duit, kan gitu kan. Ya sudahlah tak doain anda mendapat pekerjaan yang lebih bermanfaat untuk diri anda''.

Hariqo juga meminta agar aparat terkait menindak pelaku adu domba tokoh di media sosial dengan video-video editan yang provokatif, apalagi menjelang pilkada serentak 2018 dimana tingkat kesabaran para pendukung tokoh berbeda-beda. Sebab penegakan hukum juga bagian dari literasi digital.

''Kita tidak bisa berharap banyak pada pihak youtube, karena teknologi mereka tak mampu cepat mendeteksi ini, youtube juga mengandalkan laporan penggunanya. Sedangkan banyak pengguna youtube juga tidak mengerti cara melaporkan video yang berpotensi menyulut kerusuhan. Sebaiknya kerjasama Pemerintah atau organisasi pegiat literasi dengan youtube juga lebih konkret, maksudnya kita bisa menaruh orang-orang independen di kantor youtube yang bertugas menghapus konten-konten yang mengancam persatuan nasional. Apakah youtube peduli dengan masa depan bangsa Indonesia?, kita harus buktikan dengan kerjasama nyata,'' ujar Hariqo Wibawa, Direktur Eksekutif Komunikonten. (rls)