JAKARTA, GORIAU.COM - Lembaga dunia pelestarian satwa liar (WWF Indonesia) mengungkapkan perburuan satwa liar di Pulau Sumatra masih berlangsung secara masif. Imbasnya populasi hewan liar yang dilindungi seperti harimau sumatera, gajah sumatera dan burung-burung liar populasinya telah menyusut secara drastis dalam kurun waktu satu dekade belakangan ini.

"Dibandingkan dengan kondisi di tahun 1985-an, populasi hewan liar yang dilindungi di Sumatra telah menyusut sekitar 10%," ujar Oesmantri Abeng, Module Leader of Tiger Protection Unit - WWF Riau, pada acara Talk Show Green Concern Media Indonesia dan citizen journalism Metro TV, di Kampus YAI, Jakarta, Kamis (14/3/2013).

Turut hadir pada kesempatan itu, Fathi Hanif, Governance Specialist WWF Indonesia dan musisi Nugie. Acara yang dipandu oleh Askadiv Pemberitaan Media Indonesia Rosmmery Sihombing terselenggara atas kerja sama Media Group dengan Kentucky Fried Chiken.

Oesmantri mencontohkan, jika populasi harimau sumatera pada 1985 masih sekitar 400-500 ekor, maka pada 2007 tinggal tersisa 270-300 ekor. Sedangkan gajah sumatera di Riau yang pada 1985 masih berjumlah lebih dari 1.000, sekarang tinggal tersisa ratusan ekor saja. Kejadian serupa juga dialami oleh burung-burung di hutan Sumatera.

"Dulu saat masuk hutan mudah ditemui burung-burung, kini masuk hutan sudah sunyi dari kicauan burung," ucap Oesmantri prihatin.

Menurut dia, daerah rawan perburuan harimau di Sumatera ada di, Riau, Jambi, dan Lampung.

Untuk daerah Riau, lanjut dia, perburuan masih dilakukan di hutan-hutan di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, serta Bukit Timbang Baling. Menurut Oesmantri, harga jual harimau dan bagian tubuhnya memang sangat menggiurkan, dengan kisaran harga jual mencapai Rp30-40 juta. (mtv)