JAKARTA - Presiden National Olympic Committee (NOC) Indonesia, Raja Sapta Oktohari mengecam adanya logo Olimpiade digabungkan dengan gambar virus Corona atau Covid pada sampul sebuah majalan.

"Olahraga itu mengajarkan semangat olimpisme yaitu friendship, excelent dan respect. Makanya, saya mengecam logo Olimpiade digabungkan dengan gambar Covid 19," kata Raja Sapta Oktohari yang akrab dipanggil RSO di Jakarta, pekan lalu.

Sebelumnya, Tokyo 2020 juga mengecam sebuah majalah yang memasang logo Olimpiade digabungkan dengan gambar virus korona pada sampulnya.Kecaman ini terjadi karena logo itu diklaim tidak sensitif dan melanggar hak cipta.

Logo itu muncul di halaman depan majalah Number 1 Shimbun, majalah Klub Koresponden Asing Jepang (FCCJ), edisi April 2020.

Logo itu didesain oleh Andrew Pothecary, seorang desainer asal Inggris berbasis di Tokyo yang juga merupakan direktur seni majalah tersebut. "Logo itu melambangkan Olimpiade Tokyo 2020," kata juru bicara Olimpiade, Masa Takaya kepada Inside The Games seperti dikutip di laman website olumpiade.

"Sangat mengecewakan melihat logo terdistorsi dan secara sengaja dikaitkan dengan virus korona, yang telah menyebabkan kerusakan ekonomi sangat besar, gangguan sosial dan hilangnya kehidupan manusia," lanjut Takaya.

Seperti diketahui, lambang Tokyo 2020 sendiri telah ditentukan sejak tahun 2016 dan didesain oleh Asao Tokolo. Desain Tokolo terpilih setelah lambang asli yang dibuat oleh Kenjiro Sano dihilangkan setelah Olivier Belgia Debie mengklaim plagiarisme bahwa itu menyerupai logo Théâtre de Liège.

Ini pula yang menyebabkan desain Pothecary dianggap melanggar hak cipta karena menggunakan logo kotak-kotak namun berupa bentuk Covid 19.

"Desainnya jelas menggunakan lambang Olimpiade. Karena itu kami menganggapnya sebagai pelanggaran hak cipta kami yang dijamin secara hukum untuk lambang Olimpiade Tokyo 2020," tegas Masa Takaya.

"Ini (logo Pothecary) juga tak sensitif bagi banyak orang yang terdampak di seluruh dunia oleh situasi yang merusak dan menyakitkan. Terutama bagi para atlet yang bekerja keras untuk berkompetisi di Olimpiade," sambung Takaya.

"Perilaku seperti itu tidak sesuai dengan standar tinggi FCJJ," tegasnya.

Pandemi Covid-19 telah memaksah penyelenggaraan Olimpiade dan Paralympic Tokyo 2020 ditunda hingga musim panas tahun depan, apalagi Jepang saat ini sa seperti banyak negara lainnya di dunia dinyatakan dalam kondisi darurat. FCCJ sendiri telah dihubungi namun belum memberi tanggapan. ***