PANGKALAN KERINCI - Kondisi kesehatan mental seorang pekerja akan mempengaruhi produktivitas perusahaannya. Untuk itu, perlu dikenali gejala gangguan tersebut karena akan berdampak pada pola perilaku, ketidaknyamanan, disfungsi organ tubuh, hingga menyebabkan disabilitas.

Poli Psikologi RS Awal Bros Pekanbaru, Afnida, M.Psi mengatakan gangguan kesehatan mental ini bisa disebabkan oleh biologis atau secara genetik, hormon, dan zat kimia di otak, yang bisa diobati melalui Farmakoterapi. Kemudian secara psikis, bisa diterapi melalui konseling, dan sosial karena faktor lingkungan tempat kerja, rumah, dan sekitarnya, dapat diatasi dengan psikoedukasi atau dukungan keluarga.

"Jenis gangguan kesehatan mental yang umum dialami pekerja meliputi gangguan depresi, kecemasan, dan stres. Ada sedikit tips untuk stabilisasi emosi yang dapat membantu karyawan, yakni relaksasi pernafasan, manajemen stres dan peregangan otot (progressive muscle relaxation.red)," katanya pada Seminar K3 yang digelar PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) bersempena Bulan K3 Nasional, Kamis (23/01) di Hotel Unigraha, Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau.

Ia menambahkan seorang individu yang sehat secara mental memiliki kematangan emosi, kematangan menerima realitas, hidup bersama dan bekerja dengan orang lain serta memiliki filsafat atau pandangan hidup saat mengalami masalah yang rumit sekalipun.

"Di zaman ini, terdapat tuntutan untuk bereaksi dan beradaptasi sesegara mungkin, seperti melihat Gadget atau Smartphone setiap saat. Hal ini dapat menyebabkan 3 Outs, yakni burning out (merasa sangat lelah.red), boring out (merasa sangat jenuh.red), dan sensing out (merasa kehilangan tujuan.red)," ujar Afnida

Untuk itu, dirinya berbagi tips penggunaan gadget yang bijak untuk mengenali sinyal stres dalam tubuh, yakni membatasi penggunaan gadget, berani mengatakan "tidak" ketika pekerjaan sudah menumpuk (overload), dan mulai menyesuaikan diri, baik dengan teman, atasan maupun pekerjaan.

Salah satu peserta seminar K3, Rovina Winata mengaku teknik menjaga kesehatan mental tersebut sangat bermanfaat dan bisa diterapkan di tempat kerja.

"Saya jadi tahu bagaimana cara mengurangi stres atau depresi, lalu kita diajari juga senam atau relaksasi otot dan pikiran," ujarnya.

Selain itu, karyawan RAPP bagian Loss, Prevention, and Control (LP&C) ini juga belajar cara memprioritaskan penggunaan gadget ketika bekerja agar tidak menimbulkan stres.

"Disitu tadi dikasih tahu solusinya, kita saling memprioritaskan. Dari seminar tadi juga dikasih tahu bahwa harusnya kita mengkomunikasikan pada orang lain, kalau ada yang urgent, ya, nelpon," ungkapnya.

Ia berharap materi seminar ini bisa diaplikasikan oleh para pekerja, sehingga berpengaruh kepada peningkatan kualitas pengambilan keputusan, komunikasi sesama rekan kerja, atasan dan bawahan, serta berujung pada peningkatan produktifitas perusahaan ke depannya. ***