JAKARTA - Era baru dunia olahraga Indonesia menuju pentas dunia telah lahir. Fakta itu terlihat dari hasil Rapat Anggota dan Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar Komite Olimpiade (NOC Indonesia) di bawah kepemimpinan Raja Sapta Oktohari di Hotel Fairmont Senayan, Jakarta, 6-7 Maret 2023.

Dari 10 poin penting yang diputuskan dalam Rapat Anggota yang dihadiri 65 anggota + 1 anggota khusus NOC Indonesia itu, Okto, panggilan akrabnya, mendorong adanya Rekomendasi Tentang pendanaan untuk pembinaan olahraga prestasi yang tercantum dalam poin ke delapan.

Dengan kata lain, Okto telah berusaha mencari jalan keluar mengatasi kendala dana yang menjadi momok dalam pembinaan olahraga Indonesia untuk menembus dunia. Di hadapan peserta Rapat Anggota, Okto mengusulkan kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir yang hadir sebagai Anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) adanya dana dari Corporate Social Responsibility (CSR) BUMN.

“Kami ingin ada kata olahraga masuk sebagai bagian CSR secara resmi,” kata Okto.

Usulan itu bak gayung bersambut. Erick Thohir meminta didorong adanya payung hukum tentang CSR BUMN untuk olahraga. "Perlu ada payung hukumnya sehingga tidak ada pelanggaran dalam pemberian CSR BUMN terhadap olahraga. Alokasi dana CSR BUMN selama ini diperuntukkan buat pendidikan, lingkungan hidup, dan juga pendampingan UMKM," kata Erick Thohir.

Okto memang menaruh harapan besar terhadap Erick Thohir yang disebutnya tidak perlu diragukan loyalitasnya terhadap olahraga Indonesia. Apalagi, Erick Thohir adalah mantan Ketua NOC Indonesia dan kini menjabat sebagai Ketua Umum PSSI periode 2023-2027.

Yang lebih mengejutkan lagi, Erick Thohir memberikan tantangan kepada NOC Indonesia untuk menyusun blue print cabang olahraga dalam upaya menyempurnakan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) dimana tujuan utamanya prestadi dunia dan Olimpiade yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 Tahun 2021.

GoRiau Bersama Ketua MPR RI, Bambang
Bersama Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo.

“Mumpung masih ada satu tahun, selesaikan peta biru besar versi cabang olahraga. Saya yakin bisa,” kata Erick yang juga menerima penghargaan NOC Awards kategori satu-satunya IOC Member dari Indonesia.

Tuntutan adanya blue print versi cabang olahraga ini secara otomatis menjadikan NOC Indonesia memiliki peran sentral dalam mengantarkan olahraga Indonesia menuju pentas dunia.

Apalagi, Erick Thohir meminta perlu diatur pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) tidak bertabrakan dengan multi event SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade. "Perlu disinkronkan pelaksanaan PON dengan multi event," pinta Erick Thohir.

Permintaan Erick Thohir itu dinilai tepat Okto. "Ya, memang kita perlu menyesuaikan jadwal PON dengan multi event agar tidak bertabrakan. Saran saya sih disesuaikan," jelas Okto ketika ditanyakan soal sinkronisasi pelaksanaan PON dan multi event.

Wajar memang jika kepercayaan induk-induk organisasi (PB/PP) mendukung rekomendasi adanya perubahan jadwal Kongres NOC Indonesia yang semula Oktober 2023 menjadi Juni 2023. Karena, Okto sudah membuktikan keinginannya mengedepankan peran PB/PP dalam mendorong prestasi olahraga Indonesia menuju Olimpiade. Hal ini sejalan dengan rencana Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2036.

Poin penting juga dicatat dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Komite Olimpiade Indonesia yang digelar di tempat yang sama, Selasa,7 Maret 2023. KLB menyetujui usulan perubahan AD/ART terkait terkait Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia (BAKI) melepaskan diri dari NOC Indonesia.

Dengan demikian keputusan ini bukan hanya menjalankan amanat Undang-Undang No 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, tetapi menjadikan BAKI sebagai badan yang independen dalam penyelesaian sengketa di olahraga. ***