SELATPANJANG - Memasuki siklus lima tahun, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2016 malah menurun dibandingkan tahun 2015 lalu. Meski demikian, jumlah korban meninggal dunia akibat DBD ada di tahun 2016.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Penanggulangan Masalah Kesehatan Lingkungan (PMKL) Muhammad Hasrin didampingi Kasi Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan (Diskes) Kepulauan Meranti Fahri SKM, ketika ditemui di Selatpanjang, Jumat (6/1/2017).

Baca Juga: Ancaman Serius, Balita di Tanjungsamak Meninggal Dunia Akibat DBD

Kata M Hasrin, dibandingkan tahun 2015 lalu, jumlah kasus DBD tahun 2016 sangat menurun. Dimana, tambah Hasrin, tahun 2015 yang lalu jumlah kasus DBD dari 9 kecamatan se Kepulauan Meranti mencapai 310 kasus. Sementara pada tahun 2016, kasus DBD malah menurun yaitu hanya 182 kasus.

Baca Juga: Lakukan Ini jika Tak Ingin Terserang DBD, Sebab Fogging Bukan Solusi

Ditambahkan Fahri, padahal tahun 2016 merupakan siklus 5 tahun DBD. Artinya, perkiraan semula akan terjadi peningkatan kasus DBD dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2016. "Alhamdulillah tahun ini menurun jumlah kasus DBD nya. Padahal, tahun 2016 merupakan siklus 5 tahun DBD," ujar Fahri.

Dijelaskan Fahri, berdasarkan data semua Puskesmas di Kepulauan Meranti, dari 182 kasus DBD tahun 2016 tertinggi di Selatpanjang Kecamatan Tebingtinggi dengan 48 kasus. Diikuti Anak Setatah Kecamatan Rangsang sebanyak 36 kasus, Alahair Tebingtinggi sebanyak 35 kasus, Alai Tebingtinggi Barat sebanyak 32 kasus.

Kedaburapat Rangsangpesisir sebanyak 14 kasus, Pulaumerbau sebanyak 10 kasus, Bandul Kecamatan Tasikputri Puyu sebanyak 3 kasus, Tanjungsamak Kecamatan Rangsang dan Teluk Belitung Kecamatan Merbau masing-masing 2 kasus.

"Di Alahair ini terjadi penurunan. Tahun 2015 lalu, di sana terbanyak kedua, sedangkan tahun 2016 menurun menjadi terbanyak ketiga. Upaya Puskesmas Alahair membuahkan hasil maksimal," kata M Fahri.

Berdasarkan data yang dihimpun GoRiau, tahun 2015 ada 310 kasus DBD. Kasus ini naik sekitar 300 persen jika dibandingkan dengan jumlah kasus DBD tahun 2014 yang hanya 103 kasus.

Sebanyak 310 kasus DBD tahun 2015 itu, tersebar di 9 kecamatan se Kepulauan Meranti. Terbanyak ditemui di Kecamatan Tebingtinggi dengan 181 kasus. Kemudian diikuti Kecamatan Tebingttinggi Barat dengan 40 kasus, Rangsangbarat 36 kasus, Merbau 20 kasus, Pulaumerbau 13 kasus, Rangsangpesisir 11 kasus, Tasikputri Puyu 9 kasus. Sementara di Kecamatan Tebingtinggi Timur dan Kecamatan Rangsang nihil kasus DBD.

Mengantisipasi agar tidak terjadi lonjalan jumlah DBD pada siklus 5 tahun (tahun 2016, red) Diskes Kepulauan Meranti mengambil beberapa langkah antisipasi. Diantaranya mempercepat kegiatan pemberian bubuk larvasida (abate, red) dan lebih intensif. Kalau tahun 2015 hanya 4 kali dalam setahun, untuk 2016 meningkat jadi 6 kali setahun.Selain itu, penyediaan bubuk larvasida tahun 2016 juga meningkat 300 persen. Kalau tahun 2015 lalu hanya 1 ton, untuk tahun 2016 meningkat menjadi 3 ton.

Meski berhasil menurunkan angka kasus DBD di siklus 5 tahun, namun jumlah korban meninggal dunia akibat DBD ini tetap sama seperti tahun 2015 lalu. Yaitu 2 orang di tahun 2015, dan 2 orang di tahun 2016. *** #Semua Berita Kep Meranti, Klik di Sini