JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memaparkan hasil evaluasi program Kartu Prakerja 2020. Setidaknya ada 35 persen peserta yang sudah kembali bekerja di mana 17 persen di antaranya berubah dari menganggur menjadi wirausahawan dan 18 persen lainnya berubah dari menganggur jadi pegawai atau buruh atau freelance.

"Program prakerja juga mendorong kepekerjaan dan kewirausahaan dan hal ini dapat dilihat dari hasil survei evaluasi yang dilakukan oleh PMO kepada jutaan penerima prakerja sebanyak 35% penerima awalnya menganggur kemudian juga pada saat dilakukan survei evaluasi mengatakan telah bekerja dan berwirausaha," ujar Airlangga melalui keterangan tertulisnya, Rabu (24/2/2021).

Menurut Airlangga, program Kartu Prakerja dinilai telah memberi keterampilan sekaligus melindungi daya beli penerimanya.

Hasil survei BPS tahun 2020, menunjukkan bahwa 88,9% penerima Prakerja menyatakan keterampilan kerjanya meningkat dan 81,2% menyatakan insentif yang diterima dipakai untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Program Kartu Prakerja sambungnya, juga terbukti dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat (inklusif).

Penerima Kartu Prakerja sebanyak 5% adalah difabel, 9% berpendidikan SD ke bawah, 2% mantan Pekerja Migran Indonesia, 2% berasal dari kab. Tertinggal, 45% perempuan, dan 25% belum terinklusi secara keuangan. Adapun total penerima bantuan Kartu Prakerja 2020 mencapai 5,5 juta penerima.

Penerima ini terdistribusi secara merata-proporsional di 514 Kabupaten dan Kota dari 34 Provinsi di Indonesia dengan 3 provinsi penerima terbanyak yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI dan 3 provinsi dengan penerima paling sedikit yaitu Papua Barat, Papua, dan Maluku Utara.

Airlangga menyebut terdapat 3 kunci sukses dari Program Kartu Prakerja ini salah satunya adalah karena dilakukannya inovasi di berbagai lini. "Pertama, End to end digital. Digitalisasi membuat program dapat dilakukan secara langsung, tanpa perantara, transparan, akuntabel dengan kecepatan dan skala luas," tuturnya.

Kunci suskses kedua, imbuh Airlangga adalah prinsip, Customer First Mindset. Sejak awal program didesain dengan mindset sebagai produk. Agar diterima, preferensi dan suara konsumen didengar dan kanal komunikasi dibuka. "Penerima Kartu Prakerja adalah pengambil keputusan, yang bebas memilih pelatihan, platform digital, atau mitra pembayaran, tanpa adanya intervensi," ucap Airlangga.

Kunci sukses ketiga adalah Competitive Collaboration. Program Kartu Prakerja menggandeng banyak mitra swasta, baik itu platform digital, mitra pembayaran, maupun lembaga pelatihan. Program ini menghidupkan pasar peningkatan skill.

"Saat ini dalam ekosistem Kartu Prakerja terdapat 7 platform digital, 5 mitra pembayaran dan 154 lembaga pelatihan dengan 1.701 pelatihan yang bersaing sehat, memberikan produk dan layanan terbaik bagi pengguna," ucap Airlangga. ***