SOLO - Kopral Bagyo tak henti-hentinya menghadirkan aksi yang tak sekedar mencari sensasi. Di balik aksinya, ia selalu menyelipkan pesan yang mulia. Termasuk dalam aksi terbarunya yang bertajuk "Tidak Ada Asing dan Aseng, Kita Indonesia Bhineka Tunggal Ika", di kawasan Pasar Gede, Rabu (25/1), bekerja sama dengan Panitia Bersama Solo Imlek Festival (SIF) 2017.

Dalam aksi tersebut, Kopral Bagyo bersama panitia SIF 2017 dan warga Pasar Gede melakukan long march mengitari kawasan Pasar Gede dan tukar nasib antara warga pasar dan pengusaha.

Dalam aksi tersebut, Tanu Kiswanto, seorang pengusaha asal Solo sekaligus panitia SIF 2017, terlihat menarik seorang kuli panggul pasar yang menaiki rickshaw (alat transportasi ringan beroda dua yang dirancang untuk membawa satu atau dua penumpang), setelah itu dilanjutkan dengan aksi saling pijat memijat antara pengusaha dan warga Pasar Gede.

"Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai macam warna kulit, kondisi dan golongan dari berbagai unsur tersebut harus harmonis satu sama lain agar negara ini makmur, bukan hancur. Saling menghargai dan menghormati apa pun profesinya, apa pun keadaannya, karena Bhinneka Tunggal Ika, NKRI harga mati," jelas Kopral Bagyo, di sela-sela aksinya, Rabu (25/1).

Ditambahkan Tanu, persatuan dan kesatuan antar golongan sendiri sebenarnya telah ditunjukan sejak abad XVII,I ketika Keraton Surakarta bersama sama warga Tionghoa bersatu melawan VOC Belanda. Toleransi beragama juga ditunjukan dengan cagar budaya Mesjid Agung, Klenteng Tien Kok Sie, Gereja St. Anthonius dan Pasar Gede sebagai pusat lalu lintas perdagangan antar etnis.

"Kegiatan tadi hanya simbolis saja bahwa kita tidak perlu mempermasalahkan perbedaan. Justru perbedaan itu yang membuat kekuatan Bhinneka Tunggal Ika. Mari fokus pada pembangunan negara yang kita cintai, Indonesia," tutur Tanu. ***