JAKARTA - Pancoran Soccer Field (PSF), Senin(6/2/2023) malam menjadi lokasi tempat berkumpul sejumlah mantan pemain Timnas Indonesia. Bukan hanya melakukan silaturahmi dengan melakukan Fun Football, tapi mereka juga mengkritisi PSSI. Mulai dari masalah organisasi, pembinaan usia muda hingga masalah mafia sepakbola tidak luput dari perhatiannya. Di antara sejumlah legenda sepakbola Tanah Air itu hadir Jimmy Napitupulu yang sempat terpilih menjadi wasit terbaik.

Wasit bersertifikat FIFA yang sudah pensiun ini menyoroti masalah buruknya pengelolaan perwasitan yang dilakukan PSSI telah menimbulkan dampak buruk terhadap penampilan Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Dia mencontohkan aksi pemain Timnas Indonesia, Marc Klok yang ingin menyingkirkan pemain Vietnam, Doan Van Hau lewat manuver pelanggaran pada laga kedua babak semifinal Turnamen Sepakbola Piala AFF 2022/2023 di Vietnam, 9 Januari lalu. Sayangnya, aksi itu tidak berbuah hasil karena wasit yang memimpin pertandingan tidak mengambil tindakan.

"Marc Klock sengaja melakukan manuver itu dengan memilih Doan Van Hau yang sudah terkena kartu kuning pertama. Harapannya wasit melihat itu pelanggaran sehingga pemain tersebut mendapatkan akumulasi kartu kuning. Tetapi, wasit yang memimpin memahami hal itu bukan pelanggaran," kata Jimmy Napitupulu.

"Kenapa Marc Klock melakukan hal ini? Karena inilah yang diperolehnya ketika bermain di Liga Indonesia dimana wasit Indonesia gampang terpengaruh dengan kejadian yang dilakukannya. Sebenarnya, dia paham tetapi dia melakukan itu karena sering dapat keuntungan saat bermain di Liga," tambahnya.

Sebenarnya, kata Jimmy Napitupulu, Marc Klock tidak akan melakukan hal tersebut bilamana wasit tugas Addition Asistent Refree (AAR) menjalankan fungsinya dengan baik dan tidak menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada wasit tengah.

"Informasi kejadian yang terjadi di dalam penalti area yang tidak diketahui oleh wasit tugas AAR itulah yang menimbulkan dampak banyak kejadian tidak sesuai dengan peraturan permainan. Dengan kata lain, pemain tidak mendapatkan peraturan permainan sebenarnya," jelas Jimmy.

"Harusnya mereka yang sudah mendapat honor tinggi itu bekerja secara profesional dan meminimalisir kesalahan. Apalagi, wasit yang ditugaskan cukup banyak. Honor wasit tengah itu sekali memimpin pertandingan Rp10 juta, asisten wasit Rp7,5 juta, AAR 5 juta, wasit cadangan atau Fourth Official Rp5 juta dan penilai wasit (RA) 5 juta. Dulu, saat saya menjadi wasit jumlahnya tidak sebanyak itu dan honornya pun jauh di bawah yakni wasit tengah Rp 5 juta, asisten 3 juta, dan wasit cadangan Rp1,5 juta," ungkap Jimmy.

Semua itu terjadi, kata Jimmy Naipitupulu, karena mudahnya mendapatkan lisensi perwasitan asalkan ada cuan alias membayar.

Menurutnya, di jajaran korps wasit juga ada pembinaan dan perekrutan. Masalah terbesar adalah ketika wasit ingin masuk ke nasional. Dulu yang menggelar lisensi adalah PSSI pusat, tapi sekarang menjadi ajang bisnis.

"Asprov-Asprov bisa melakukannya. Dulu PSSI menggelar kursus gratis, sekarang untuk jadi wasit biayanya Rp 6 juta. Otomatis karena bayarnya besar, maka diluluskan semua. Dulu kita tes dulu, fisik, lalu kalau lolos masuk kelas," ujarnya.

Dia juga menceritakan, sebelumnya masa berlaku sertifikasi seorang wasit. Dari C3 yang dimiliki Askab/Askot, itu untuk promosi ke C2 di bawah Asprov, biasanya satu tahun, itu dengan melampirkan bukti telah memimpin minimal 10 kali di kompetisi Askab/Askot.

"Tapi kalau sekarang tidak. Lucunya, satu Asprov bisa mengadakan kursus wasit sekali tiga. C3 sampai C1 dengan waktu bersamaan. Padahal yang bisa menggunakan wasit C3 itu Askab/Askot, sedangkan C1 nasional. Ini menjadi tanda tanya, kalau Asprov bisa bikin kursus wasit nasional, berarti PSSI bisa bikin untuk wasit FIFA?"ungkapnya lagi.

Dikatakanya, belum lagi sekarang wasit dari C2 ke C1 tidak membutuhkan waktu lama. C2 baru dua bulan, belum ada pimpin pertandingan, bisa ikut kursus C1. Karena honor wasit besar, tentu ada keinginan apabila sudah dapat C1, ingin tugas nasional.

"Lalu bagaimana caranya? Banyak. Ada tempat wasit khusus latihan di suatu daerah. Siapa yang latihan di situ akan cepat promosi. Inilah yang terjadi saat ini. Banyak teman-teman yang masih bertugas itu bercerita. Untuk promosi wasit dari Liga 3 ke Liga 2 ada nominalnya. Ini ada hubungannya dengan orang yang ada di departemen wasit,"paparnya. ***