DARI hasil Sensus Penduduk 2020 (SP2020), terungkap bahwa penduduk Provinsi Riau sebanyak 6,39 juta jiwa, didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z, yaitu mereka yang usianya kurang dari 40 tahun saat ini.

Merujuk kepada klasifikasi penduduk berdasarkan pengelompokan umur yang digunakan oleh Willian H. Frey (2020), penduduk dibagi menjadi 6 kelompok generasi, yaitu: Generasi Pre-Boomer (lahir sebelum tahun 1945), Generasi Baby Boomer (lahir di antara Tahun 1946-1964), Generasi-X (lahir Tahun 1965-1980), Generasi Milenial  (Lahir Tahun 1981-1996) dan Generasi-Z (lahir Tahun 1997-2012), serta yang terakhir Generasi Post Z (lahir 2013 sampai sekarang).

Saat ini, lebih dari separuh penduduk Riau merupakan generasi  Z dan generasi milenial, yaitu sebanyak 58,03 persen. Sebanyak 30,79 persen (1,94 juta) masuk kelompok generasi Z dan 27,24 persen (1,72 juta) masuk ke dalam generasi milenial. Sisanya terdistribusi pada generasi X sebanyak 20,80 persen (1,31 juta), Baby Boomer 8,26 persen, dan pre boomer paling sedikit persentasenya, yakni 0,91 persen. Sementara Post Generasi Z, yang usianya 7 tahun ke bawah, saat ini terdapat sekitar 757, 9 ribu jiwa (12,00 persen).

Besarnya populasi penduduk generasi muda di Riau ini tentunya menjadi investasi human capital yang akan menjadi salah satu asset pembangunan. Generasi muda sangat berperan penting dalam pembangunan daerah karena generasi muda adalah pemegang estafet kepemimpinan daerah di masa mendatang.

Sebagai penerus pembangunan bangsa, generasi muda harus menjadi pilar, penggerak dan pengawal jalannya pembangunan, terutama pembangunan ekonomi. Ekonomi digital atau e-commerce  di era digital atau era teknologi informasi dan komunikasi menjadi salah satu motor penggerak pembangunan ekonomi.

Salah satu pendukung kekuatan e-commerce yang merupakan ekonomi masa depan tidak terlepas dari besarnya populasi pengguna internet di Riau. Pada tahun 2019 pengguna internet di Riau telah mencapai 44,97 persen dari populasi penduduk usia 5 tahun ke atas, atau sekitar 2,6 juta. Tahun 2020 mengalami peningkatan hingga 52,78 persen, atau sekitar 3 juta pengguna internet (Susenas 2020 - BPS).

Diprediksi, jumlah ini akan terus mengalami peningkatan di tahun-tahun mendatang, mengingat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terus berjalan dengan pesat. Mayoritas pengguna internet adalah generasi milenial yang lahir ketika teknologi internet sudah mulai dikenal.

Tak bisa dipungkiri, kekuatan ekonomi digital yang diprediksi semakin kokoh akan dimotori oleh generasi milenial, mulai dari penggunaan internet hingga dunia bisnis yang mulai dimasuki, bahkan dipimpin oleh para milenial.

Hasil Sakernas 2020 menunjukkan separuh lebih penduduk yang bekerja di Riau merupakan generasi milenial (15-39 tahun), yakni sebesar 54,45 persen. Sementara pekerja yang berusia antara 40-64 tahun sebanyak 42,18 persen, dan sisanya 3,38 persen berusia 65 tahun ke atas.

Dalam menjalankan pekerjaannya, para pekerja milenial cukup intens menggunakan internet (sebanyak 36,58 persen), sementara pada pekerja usia 40-64 tahun hanya 21,58 persen yang menggunakan internet dalam pekerjaannya. Terlebih pada pekerja usia lanjut (65 tahun ke atas) sangat sedikit interaksi  dengan internet dalam pekerjaannya, yakni 4,74 persen.

Penggunaan internet yang dilakukan dalam aktivitas bekerja para milenial ini sangat tinggi, yaitu sebanyak 96,97 persen. Komunikasi ini dilakukan baik melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, Whatsapp, Twitter dan lainnya, seperti email. Artinya, hampir seluruh pekerja milineal berkomunikasi  melalui fasilitas internet.

Selanjutnya penggunaan internet untuk promosi usaha/pekerjaan sebanyak 32,44 persen dan untuk melakukan transaksi melalui internet sebanyak 25,72 persen. Fakta ini menunjukkan bahwa penggunaan IT dan internet di era digital menjadi kebutuhan yang semakin tidak bisa dihindari dan ini mendorong para pelaku usaha untuk mengubah cara berbisnis, yaitu dengan cara menyesuaikan perilaku milenial.

Generasi milenial sebagai sumber daya manusia dengan potensi yang luar biasa sangat diperlukan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagian besar pekerja milenial bekerja sebagai karyawan atau buruh, yaitu sebanyak 47,79 persen (Sakernas 2020).

Hasil Sakernas juga mengungkapkan, sebanyak 24,59 persen pekerja milenial ini bekerja sebagai wirausaha, dengan rincian 15,93 persen berusaha sendiri, 5,86 persen berusaha dibantu buruh tidak tetap, dan 2,80 persen berusaha dibantu buruh tetap. 

Pekerja milenial terungkap lebih lama jam kerjanya dibandingkan pekerja pada kelompok umur yang lebih tua. Sebanyak 57,19 persen pekerja milenial bekerja selama 35 jam ke atas per minggu. Sementara pekerja usia 40-64 tahun yang bekerja selama 35 jam ke atas sebanyak 54,01 persen. Pekerja usia 65 tahun ke atas yang bekerja selama 35 jam ke etas per minggu hanya 27,07 persen. Artinya, dari sisi waktu, pekerja milenial lebih produktif dibandingkan generasi di atasnya.

Dari data ini dapat disimpulkan bahwa generasi milenial memiliki peranan yang besar dalam kegiatan ekonomi Riau. Jangan juga dilupakan satu atau dua dasawarsa ke depan, dunia akan dipimpin oleh generasi milineal dan generasi Z. Bahkan di Indonesia saat ini generasi milenial telah  masuk dalam jajaran elit di kementerian Kabinet Indonesia Maju, seperti Nadiem Makarim, Jerry Sambuaga, dan  Angela Hari Tanoesoedibjo.

Salah satu pimpinan di jajaran Pemerintahan Provinsi Riau, yakni Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga Provinsi Riau, Bobby Rachmat, juga berasal dari kalangan milenial.  Belum lagi wirausahawan sukses dari berbagai sektor usaha yang datang dari kelompok generasi milenial. Para pelaku ekonomi kreatif pun umumnya datang dari kelompok milenial.

Untuk itu, kita harus menyiapkan strategi membangun Riau yang lebih maju dengan menginvestasikan human capital pada kekuatan potensi yang ada pada generasi milenial di masa mendatang.***

Rini Apsari adalah Fungsional Madya BPS Provinsi Riau.