JAKARTA - Perhelatan Asian Para Games 2018 hari ketiga, Senin (08/10/18) menghadirkan cerita kontroversi. Pasalnya, atlet blind judo putri Indonesia didiskualifikasi lantaran mengenakan hijab yang dianggap menyalahi regulasi.

Miftahul Jannah, pejudo difabel itu pun harus menunda keinginannya untuk meraih medali di Asian Para Games 2018, lantaran enggan melepas hijabnya dan memilih untuk keluar dari arena pertandingan.

Lantas, siapakah sesungguhnya sosok Miftahul Jannah tersebut? Perempuan yang akrab disapa Miftah ini adalah peraih medali emas judo pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV 2016 di Bandung, Jawa Barat.

Ajang Peparnas 2016 sekaligus awal debut perdananya berlaga di ajang multievent.  Ia merupakan seorang penyandang tunanetra dan saat ini tinggal di Bandung, Jawa Barat untuk berkuliah di Universitas Pasundan.

Sementara kedua orang tuanya tinggal di kampung halamannya di Aceh.

Sempat Tekuni Catur

Sebelum menekuni judo, Miftahul Jannah sempat menekuni olahraga catur dan telah banyak mengikuti kejuaraan tingkat nasional. Namun kini perempuan 21 tahun tersebut membulatkan diri untuk fokus menjadi atlet judo.

"Awalnya, pas ke Bandung, Mei 2015, Miftah nggak ada kegiatan. Bosen. Terus diajakin Kak Ramadhan Bayu buat ikut judo. Sempet gimana-gimana juga, sih. Tapi pas latihan bantingan, malah jadi suka, dan dapet pengalaman baru selain catur," jelasnya.

Selain gemar berolahraga, Miftah rupanya juga berkeinginan untuk menjadi penulis dan menerbitkan buku. Miftah mengaku jika ia memiliki hobi menulis puisi.

"Miftah harus bisa membuktikan, suatu kekurangan bukan jadi penghalang buat berprestasi. Miftah nggak mau jadi beban negara," ungkap anak kedua dari lima bersaudara tersebut.***