SELATPANJANG - Komunitas Azimat Melayu Pesisir (AMP) menggelar yasinan bersama, bertempat di Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Jalan Dorak, Selatpanjang, pada Kamis (2/1/2020) malam.

Sebuah komunitas tentang pecinta khazanah kemelayuan perdana melakukan yasin bersama di Balai Adat Kabupaten Kepulauan Meranti, tampak hadir di yasinan bersama itu, Sekretaris LAMR sekaligus Kasi Sejarah dan Tradisi Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kepulauan Meranti, Datuk Abdullah, Ketua Laskar Merah Putih (LMP), Tengku Fadli Fakhrudin didampingi Sekjennya, Indra, Wakilnya Iwan, Bendaharanya Tengku Adi, dan beberapa anggota lainnya, Ketua Laskar Hulubalang Melayu Riau (LHMR) sekaligus Sekretaris Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Kepulauan Meranti, Tengku Arifin dan penyelaras Komunitas AMP Zulfahmi dan beberapa anggotanya.

Kegiatan itu memang sudah direncanakan rekan-rekan AMP sebelum komunitas itu didirikan sehingga sudah dibentuk atau didirikan, Zulfahmi selaku penyelaras atau menakhodai komunitas tersebut merasa bersyukur karena rasa persaudaraan dan bahu-membahu sangat tercipta.

Ia berharap Komunitas yang dinahodainya itu terus eksis khususnya dibidang kemelayuan, disamping itu sosok Zulfhami yang biasa dipanggil Pak Usu yang identik dengan berbahasa melayu baik diforum rapat maupun dalam kesehari-hariannya.

"Komunitas ini kami sepakati berupaye untuk mengembalikan nilai dan khazanah melayu kembali dilestarikan," kata Pak Usu.

Cerita Pak Usu lagi, ia dan pihaknya akan selalu mencari tau lebih banyak soal kemelayuan, baik dari sejarah bahwa kapan melayu itu muncul dan pada abad ke berapa.

"Kite identiknye akan berupaye mengenekan pakaian melayu seperti di jaman kerajaan dulu, namun maksud itu tidak untuk bergagah-gagahan kecuali untuk mengetahui dan mengkampanyekan ke masyarakat luas bahawe demikianlah cara berbusana orang malayu," terangnya.

Lebih jauh dikatakannya, sepengetahuan yang ia pelajari bahwa yang berkaitan dengan melayu seperti dari berpakaian mengapa harus berbutang satu atau lima, kemudian mempelajari tentang tanjak dan memakai kain samping dengan aturan yang sesuai diajarkan.

"Mengape harus butang satu yakni menggambarkan tauhid, kalau butangnye lime filosofisnye menunjukkan rukun islam, demikian juge dengan cara bepakaian kaum hawa yakni agak beso alias longgo dan tidak ketat hingge membungkus aurat," jelasnya.

Sementara itu, Ketua LHMR sekaligus Sekretaris Disparpora Kepulauan Meranti, Tengku Arifin, mengungkapkan bahwa kegiatan AMP itu sangat disambut baik sehingga ia turut meluangkan waktunya untuk ikut bergabung membaca ayat suci Al-Qur'an atau yasinan bersama.

"Semoga kedepan usai kita membaca yasin bersama kita luangkan waktu sekira satu jam untuk belajar mendengar tentang sejarah Melayu, bagaimana sopan santun dan tatakrama sebagai anak jati melayu bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari, nanti kita libatkan beberapa teman saya untuk bisa memberi materi tentang kemelayuan," beber Sekretaris itu.

Ia juga menyinggung soal kehidupan masyarakat melayu diera dahulu, baik dari pergaulan maupun adab bicara terhadap seusia, orang muda terhadap yang lebih tua dan lain-lain.

"Dengan kehadiran komunitas ini bisa menyatukan komponen masyarakat, baik dari kalangan muda, yang tua, honorer, pegawai, Ormas, OKP, orang partai dan lain-lain karena, bicara komunitas judulnya pecinta, selama ini ada Komunitas Sepeda, Komunitas Bonsai, Komunitas RX King, siapa pun bisa ikut karena skopnya pecinta, demikian juga Komunitas AMP ini," terangnya.

Kata Tengku Arifin lagi, semoga kedepannya lebih ramai lagi, ia juga mengimbau kepada seluruh elemen bisa ikut andil dalam melestarikan khazanah kebudayaan melayu khususnya.

Sementara itu, Ketua LMP Tengku Fadli Fakhrudin atau akrab disapa Yayan mengatakan, meski didalam komunitas itu ada beberapa wadah ormas dan OKP yang mencintai khazanah kemelayuan sehingga bersatu untuk bergandeng tangan bersama Komunitas AMP.

"Saya dan kawan-kawan merasa bangga dan terharu bisa bergabung bersama Komunitas AMP, seperti kita merayakan hari jadi Kepulauan Meranti yang ke 11 kita bersama-sama pawai mengenakan pakaian Melayu klasik," tutur Yayan.

Ia berharap kegiatan seperti yasinan bersama atau agenda lainnya bisa diagendakan setiap bulannya.

"Sepanjang kegiatan itu positif dan mengangkat tentang kemelayuan, kami dari LMP siap turun bersama-sama," ungkapnya. (rls)