PEKANBARU - Universitas Lancang Kuning (Unilak) Pekanbaru, mengirimkan tiga mahasiswanya mengikuti Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur.

Tahun ini, Universitas Brawijaya terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan KMI Expo XII 2021 yang berlangsung dari tanggal 17-19 November 2021.

Kegiatan digelar secara luring dan daring (hybrid). Total ada 281 tim yang mengikuti secara offline langsung datang ke UB dan ada 266 tim yang mengikuti secara online.

Tim mahasiswa Unilak yang hadir di Malang yaitu Lola Reza Anjelina, Ade Dwi Saputri, Febrianti Rahmida Putri, turut hadir Wakil Rektor III bidang kemahasiswaan dan kerjasama Dr Bagio Kadaryanto, dan kepala P2K2 Dr Indra.

Dalam ajang KMI itu, 281 Perguruan Tinggi yang hadir secara langsung di Universitas Brawijaya menampilkan berbagai produk dan kreatifitas yang di hasilkan mahasiswa. Saat pengumuman lomba stand terbaik, universitas Lancang Kuning berhasil meraih juara dua stand terbaik.

"Kami tak menyangka bisa meraih juara dua stand terbaik, Alhamdulillah ya Allah bisa mengharumkan nama Unilak di kancah nasional di ajang KMI," ujar Lola yang hadir langsung menerima penghargaan.

Dijelaskan Lola, KMI mengangkat tema Futuristik Kearifan Lokal. Jadi stand Unilak berkonsep budaya Melayu, simbol, dan warna khas Melayu kami tampilkan.

"Konsep membawa tabir sebagai indentitas Melayu, di sisi kanan kiri stand kami pasang kain warna khas Melayu hijau, kuning, dan merah. Serta kami pajangkan tepak sirih sebagai indentitas Melayu Riau saat menyambut tamu. Dan paling utama yang kami pamerkan produk ciri khas Melayu yang membawa kami ke Brawijaya 'Tanjak Wak'. Saat hari pertama Rektor Brawijaya menggunakan Tanjak yang kami buat saat meninjau stand pameran peserta,"ujar Lola.

Dikatakan Lola, produk Tanjakan Wak merupakan industri kreatif dari sortiran limbah konveksi menjadi Tanjak dan baju Melayu. Mencerminkan karakter fesyen busana melayu di Kota Pekanbaru.

"Produk ini kami pamerkan dan memperkenalkan kepada setiap pengunjung yang datang bahwasanya di Riau ada banyak sekali kebudayaan tradisi dalam berpakaian dan berbusana," tukasnya.

Lola menuturkan, setiap pengunjung yang datang ke stand Unilak, ia sampaikan bahwasanya di Riau juga ada topi atau penutup kepala untuk kaum laki-laki yang di sebut Tanjak. Untuk busananya di sebut dengan baju Melayu Teluk Belanga Cekak Musang.

"Nah, dengan adanya inovasi serta kombinasi antara kain songket dan kain perca bagian tanjak dan pakaian yang kami kombinasi dengan kain perca limbah konveksi, tentu nantinya juga akan mengurangi limbah konveksi yang terbuang dan melestarikan budaya," tandas Lola. ***