SELATPANJANG - Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kepulauan Meranti bekerjasama dengan Yayasan Bertuah Insan Negri menggelar dialog Wawasan Nusantara, Rabu (24/5/2017). Dialog itu bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan rasa nasionalisme masyarakat di wilayah perbatasan.

Dialog Wawasan Nusantara dalam menjaga kedaulatan NKRI di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti ini dipusatkan di Desa Sungai Cina, Rangsangbarat, Riau.

Narasumber dilihatkan pihak dari pemerintahan, kepolisian, dan TNI. Dari Pemda, sebagai narasumber adalah Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Setdakab Kepulauan Meranti, Drs Askandar. Mewakili Danramil 02 Tebingtinggi, Danpos Peltu Lakattang, dan mewakili Kapolres Kepulauan Meranti, Kasat Binmas Yudi Setiawan SH.

Dalam memaparkan materi, Askandar mengingatkan masyarakat untuk senantiasa menanamkan rasa kecurigaan, terutama pada orang yang baru pertama kali dilihat. Selain itu, kata Askandar, pentingnya rasa kebersamaan yang saat ini mulai melemah, salah satunya tak ada lagi semangat gotong-royong. "Saat ini kita sudah jarang melihat orang gotong royong. Kedepan kebersamaan itu harus digalakkan lagi dan pertahankan," kata Askandar.

Peltu Lakattang juga menjelaskan tentang Wawasan Nusantara, dimana negara Indonesia terletak diantara dua benua besar dan samudra (Hinda dan Pasifik). Sehingga, kata Lakattang dengan terletak pada silang dunia, wilayah RI memiliki konsekuensi. Konsekuensi logisnya adalah menyebabkan Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang heterogen. Baik secara agama, suku, bahasa, maupun daerah dan lain-lain.

"Karena itu, kemajemukan (Pluralisme) Bangsa Indonesia haruslah dipandang sebagai suatu realita alamiah yang merupakan anugerah Allah SWT yang perlu disyukuri dan dihadapi dengan sikap yang bijak dan benar," kata Lakattang.

Sedangkan Kasat Binmas Polres Kepulauan Meranti, AKP Yudi Setiawan SH MH, memaparkan tentang isu-isu Kamtibmas yang bisa mempengaruhi kedaulatan bangsa. Dalam pemaparannya, Yudi juga sempat menjelaskan tiga problem pokok bangsa sejak reformasi 98 yang menjanjikan Indonesia baru yang lebih demokratis, sejahtera, berkeadilan dan bermartabat.

Lalu, setelah 18 tahun makin terjal dan penuh tantangan. Penyebabnya, kata Yudi, merosotnya kewibawaan negara, melemahnya sendir-sendi perekonomian nasional, merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa.

Di hadapan puluhan masyarakat Sungai Cina, Yudi berpesan agar kebiasaan melaporkan tamu atau orang baru ke RT dalam waktu 1 x 24 jam harus kembali dilestarikan. Sehingga, RT setempat bisa mengetahui latar belakang dan alamatnya warga tersebut dengan jelas.

Kemudian, terkait bebasnya mengakses media sosial, Yudi berpesan agar warga bisa memilih informasi dengan baik. Jika mendapatkan berita, harus dicek apakah beritanya betul dan bermanfaat untuk orang banyak atau tidak, sebelum dishare atau dibagikan. "Mengakses informasi sudah sangat mudah. Cek betul beritanya, kalau tidak benar, atau benar namun tak berguna untuk orang banyak, jangan dilanjutkan atau dibagikan. Bijak lah menggunakan internet dan media sosial," pesan Yudi.

"Orang tua, tolong jaga anak-anak kita saat main internet," ajak Yudi.

Diakhir penyampaian, kepada beberapa pihak Yudi mengajak terus menjaga kebhinekaan dan sosialisasikan 4 pilar (penyangga) yaitu Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhinneka tunggal Ika.

Lembaga pendidikan diharapkan terus menanamkan pemahaman sejak dini bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan, namun harus menjadi kekuatan yang saling melengkapi. Tokoh masyarakat, agama, dan pemuda diharapkan terus membangun kesadaran dan memberikan arahan, contoh, serta tauladan kehidupan yang penuh dengan keharmonisan dan toleransi.

Terakhir, pihak eksekutif, legislatif, dan yudikatif hendaklah bisa menjamin kehidupan yang penuh dengan toleransi dan harmonisasi melalui penguatan regulasi dan penerapannya, mengalokasikan dukungan anggaran agar badan, struktur, dan sistem dapat bekerja dalam kehidupan masyarakat sehingga tercipta nilai-nilai kebhinnekaan, dan mencegah serta mengatasi ancaman terhadap kebhinnekaan.

"Agama adalah tonggak yang paling kuat untuk menangkali faham radikalisme dan menjaga keutuhan NKRI," ujar Yudi.

Usai pemaparan, dilakukan dialog bersama masyarakat dan diakhiri dengan foto bersama. ***