JAKARTA - Hubungan PKB dan PBNU kembali menghangat belakangan ini. Hal itu bermula ketika Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengatakan PKB memiliki sekitar 13 juta pendukung solid.

Menurutnya, belasan juta pendukung itu tidak terpengaruh siapa pun, termasuk Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya. Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai pernyataan Imin adalah bentuk kepongahan. Imin, kata dia, tidak bisa menampik bahwa lumbung suara terbesar PKB adalah warga NU.

Sehingga, perseteruan Cak Imin dengan PKB berpotensi menggerus suara PKB di Pemilu 2024. Suara Warga Nahdliyin berpotensi beralih ke PPP. "Memang setelah pengurus baru PBNU, kelihatan tidak harmonis hubungan dengan PKB, padahal kita tahu basis kuat PKB itu kan massa NU," kata Jamiluddin, Kamis (5/5/2022).

"Menurut saya klaim Muhaimin Iskandar kepongahan semata."

Ia khawatir suara PKB akan merosot pada Pemilu mendatang jika Imin tetap pongah dan berkonflik dengan pengurus PBNU. Apalagi, kata dia, warga NU memiliki budaya kepatuhan terhadap kiai.

"Kita tahu budaya NU ini sangat kuat menunggu titah kiai, karena itu kalau nanti pengurus PBNU termasuk ketuanya mengatakan sesuatu yang ekstrem, itu tidak menguntungkan kepada PKB, ini sangat berbahaya bagi PKB," kata dia.

Jika hal itu terjadi, kata dia, tentu akan menjadi angin segar bagi partai lainnya, khususnya PPP. Ia menyatakan selama ini dua partai itu saling berebut suara dari kalangan nahdliyin.

Pemilih muda Nahdliyin, kata dia, cenderung memilih PKB sementara warga NU yang berusia lanjut, cenderung memilih PPP. "Kalau Muhaimin terlalu banyak konflik dengan NU, saya khawatir suara anak muda NU akan menyebrang ke partai lain terutama ke PPP," katanya.***