PEKANBARU – Komisi V DPRD Riau menggelar pertemuan perdana dengan Pengurus Special Olympics Indonesia (SOIna) Provinsi Riau pasca rapat paripurna Alat Kelengkapan Dewan (AKD) yang dilaksanakan beberapa waktu lalu.

Dalam pertemuan yang dihadiri langsung Ketua SOIna Riau, Novilia, tersebut, Komisi V dan SOIna membahas kegiatan yang sudah dan akan dilakukan oleh SOIna nantinya, dimana SOIna menerima dana hibah sekitar Rp 1,7 miliar.

GoRiau Ketua SOIna Riau, Novilia.
Ketua SOIna Riau, Novilia.

Dikatakan Novilia, atlet SOIna Riau berhasil meraih juara umum sebanyak dua kali di tingkat nasional, dan pihaknya menargetkan meraih juara umum untuk ketiga kalinya di Pekan Olahraga Nasional (Pornas) di Jawa Tengah pada Juli 2022 mendatang.

Untuk mencapai target ini tentunya membutuhkan upaya yang ekstra, mulai dari pembinaan atlet, perhatian ke pendamping, pelengkapan sarana dan prasarana, dan semua itu bermuara pada anggaran.

SOIna nantinya akan memberangkatkan 170 orang ke Jawa Tengah, terdiri dari atlet, pendamping dan official. Pendampingan atlet SOIna, kata Novi, berbeda jauh dengan atlet-atlet dari KONI maupun NPC.

Untuk standar internasional sendiri, jelasnya, satu orang atlet harus didampingi dua orang. Karena tingkah laku mereka tidak bisa diprediksi, sehingga perlu perhatian khusus.

"Misalnya sedang tanding badminton, ketika atlet A sedang main, atlet B yang menunggu ini kalau kebelet harus diantarkan ke toilet, untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan," tambahnya.

Mengenal SOIna

Novi mengakui, SOIna masih kurang akrab dengan masyarakat Riau, bahkan tak jarang banyak yang menganggap SOIna sama seperti National Paralympic Committee (NPC).

Dikatakan Novi, NPC dan SOIna merupakan dua hal yang sangat berbeda, dimana NPC memperlombakan orang-orang yang keterbatasan fisik, sedangkan SOIna diisi oleh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

"Mereka kita panggil anak bertalenta khusus, bukan berkebutuhan khusus lagi. Artinya, dari pemilihan kata saja, kita sudah mengangkat mereka. Kita harus menimbulkan kepercayaan diri dalam diri dia dan keluarganya," katanya.

"Yang kita bina itu yang IQ nya dibawah 70, dan itu dibagi lagi per divisi, misalnya yang IQ 65-70 itu satu divisi, kalau dibawah itu lain lagi divisinya," tuturnya.

Dalam dua tahun belakangan, Novi mengungkapkan pemerintah sudah memberikan perhatian yang cukup baik untuk SOIna. Sehingga, terjadi peningkatan dalam pembinaan anak-anak ini.

"Mereka saya sebut anak surga, mereka tak bisa protes, yang protes itu kami, para pengurus. Kita kasih tempat tidur di tikar, mereka tidur juga. Kasih nasi tempe tanpa lauk mereka tetap makan. Apa kita tega?" ujarnya.

Yang sudah menetapkan standar internasional, sambung Novi, baru Provinsi Jawa Tengah, sebab mereka memasang target juara umum karena posisinya sebagai tuan rumah.

"Tapi kita tentu ingin Riau bisa menjadi role model, mungkin agak terkendala di keterbatasan anggaran, apalagi kalau sudah terjadi rasionalisasi," tutupnya. ***