JAKARTA - Suatu pesantren yang menyelenggarakan boarding school tingkat SD dan SLTP di Banten, dikabarkan memisahkan kamar 15 orang yang menderita sakit.

Seorang siswa SD di pesantren tersebut menginformasikan hal ini kepada orang tuanya. Tapi belum ada keterangan dari pihak pesantren kepada wali murid/wali santri mengenai hal ini, termasuk sakit apa yang diderita oleh belasan orang tersebut. Pihak pesantren hanya berpesan kepada wali santri/siswa agar mengirim masker, vitamin dan madu untuk anak mereka masing-masing.

Sepanjang informasi yang diterima GoNEWS.co, pesantren tersebut sudah melakukan pengetatan mobilitas sejak sebelum belasan orang menderita sakit. Di masa libur, santri/siswa tetap berada di pesantren dan kunjungan wali santri/wali murid terjadwal pun dilakukan secara virtual.

Terkait hal ini, Anggota Komisi VIII fraksi Partai NasDem DPR RI, Lisda Hendrajoni menyatakan apresiasi kepada pihak pesantren karena bersikap tanggap terhadap kondisi kesehatan setiap anak dan setiap orang yang menetap di dalam lingkungan pesantren tersebut.

"Kita tentu mengapresiasi ketanggapan pihak pesantren untuk memisahkan yang sakit itu ya. Tapi tentu, perlu jelas juga mereka yang sakit itu sakit apa karena kalau ada salah satu yang ternyata terpapar Covid-19 berarti kan satu lingkungan pesantren itu harus di-tracing," kata Lisda kepada GoNEWS.co Minggu (1/8/2021).

Lebih jauh, menurut Lisda, pemerintah juga harus menetapkan kebijakan terkait penanggulangan Covid-19 di pesantren. "Tentu harus ada aturan khusus lah tentang ini sehingga anak-anak ini dapat tetap belajar dengan tetap terjamin kesehatannya dari ancaman virus korona,".

"Sekolah lain kan belajar dari rumah, tapi khusus pesantren ini kan masih belajar di kelas," ujar Lisda.

Lisda menjelaskan, belum ada laporan terkini yang diterima Komisi VIII dari pemerintah mengenai teknis penanggulangan pandemi Covid-19 di pesantren, termasuk soal treatment untuk mereka positif Covid-19. Tapi merujuk penanggulangan sebelumnya, ada pesantren yang menyediakan tempat isolasi mandiri di lingkungan pesantren dan ada juga yang melakukan isolasi di luar pesantren.

Lebih jauh, kata Lisda, tenaga treatment jika isolasi dilakukan di pesantren juga perlu jadi perhatian. "Makanya, ini perlu koordinasi dengan pihak-pihak terkait,".

"Harus betul komunikasi dan koordinasinya dengan pihak terkait, dalam hal ini dinas kesehatan dan dinas terkait. Pesantren harus proaktif," kata Lisda.

Lisda mengingatkan pemerintah untuk memberi perhatian pada penanganan pandemi Covid-19 di pesantren di mana anak-anak atau generasi penerus bangsa menimba ilmu.

"Kenyataannya sekarang ini, sudah banyak anak-anak pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Jadi, tidak bisa kita anggap sepele. Di dunia, malahan negara kita yang menonjol angka kematian pasien Covid-19 nya, karena banyaknya kasus pada anak," pungkas Lisda.***