"Saya bercita-cita, Baserah menjadi sentra batik Kuantan Singingi," tutur Muharimin dengan kuas di tangan, menari-nari pada sehelai kain yang membentang di atas gawangan. Kain yang berwarna biru itu terdapat motif pendayung dan perahu baganduang di bagian pinggir. Ini adalah batik khas Kuansing dengan menampilkan budaya lokal.

Muhar, begitu warga sekitar memanggil pria 39 tahun ini. Sejak empat tahun terakhir, ia aktif sebagai pengrajin batik di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Saat ditemui di rumah batiknya pada 18 Desember 2021, Muhar sedang melakukan proses penguncian warna kain agar tidak luntur.

Cita-cita Muhar ini juga pernah ia kemukakan kepada Emi Safitri pada tahun 2017 yang saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Nasional Daerah (Dekranasda) Kuansing. Ketika itu, Muhar membawa program batik yang telah disetujui oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

"Kita mau berangkat pelatihan lagi. Kita datang, minta dukungan karena proposal kita sudah diterima perusahaan. Pihak RAPP menyarankan, agar menggandeng Dekranasda dalam pengembangan batik ini," ujar Muhar. Dalam pertemuan itu, Emi tidak hanya menanyakan motivasi Muhar, tapi juga meminta agar peserta berasal dari Gunungtoar dan Singingi.

"Maka, ada dua orang dari Gunungtoar dan tiga dari Singingi yang ikut ke Pelalawan," ujar Muhar. Selama pelatihan, Muhar bersama belasan peserta lain diberi pemahaman tentang fundamental batik dan diajari teknik batik tulis dan batik cap.

"Seperti yang diharapkan, usai pelatihan, PT RAPP memberikan bantuan perkakas untuk membatik. Karena itu, rumah batik ini saya beri nama Batik Jalur Andalan Kuansing," ucap Muhar di sela-sela ‘nyanting’.

Proses pendirian rumah Batik Jalur Andalan Kuansing tidaklah mudah. Perjuangannya dimulai sejak tahun 2016. Awalnya, Muhar yang bekerja sebagai debt collector sebuah bank swasta bertemu dengan Ahmad Yani, temannya yang bekerja di PT RAPP. Ahmad Yani memberikan informasi adanya program community development PT RAPP terkait batik.

"Agar program ini bisa kita dapatkan, harus ada wadah organisasinya. Maka, saat itu kita bentuk Ikatan Keluarga Alumni (IKA) SMA Kuantan Hilir dengan program kerja pengembangan batik ini. Alhamdulillah, permohonan kita diterima," kata Muhar.

Sepulang dari pelatihan, tanpa mengulur waktu Muhar langsung mempersiapkan berbagai kebutuhan. Terutama tempat membatik. Rumah panggung peninggalan neneknya menjadi pilihan. Rumah papan itu tepat berada di perempatan Desa Simpangtanahlapang. Aktivitas membatik hampir saja menghanguskan rumah ini.

Peristiwa itu terjadi ketika Muhar bersama pengrajin lain sedang mengerjakan pesanan dari Emi Safitri. Tiba-tiba, muncul api di lilin malam dan langsung membakar dinding rumah.

"Saya panik, berlari ambil wadahnya bawa keluar. Ternyata, tangan saya ikut terbakar," cerita Muhar memperlihatkan bekas luka bakar di tangan kanannya.

GoRiau Muhar memperlihatkan salah sat
Muhar memperlihatkan salah satu karya batiknya dengan motif tugu jalur. (foto: wirman susandi/grc)

Pasca peristiwa itu, PT RAPP kembali turun tangan membangun sebuah gerai untuk Batik Jalur Andalan Kuansing, tepat berada di halaman rumah panggung. Gerai ini dilengkapi dengan tempat membatik yang lebih representatif.

Rumah Batik Jalur Andalan Kuansing telah menciptakan beragam motif, mengangkat khasanah budaya Kuansing. Di antaranya, jalur, perahu baganduang, tugu jalur, pendayung, tugu perjuangan Baserah dan cipuik baririk.

"Motif-motif ini diangkat dari budaya dan tradisi masyarakat Kuansing, tujuannya ini sebagai identitas dan ini menjadi khas dari batik Kuansing," ujar Muhar.

Kendati memiliki motif yang unik, rumah Batik Jalur Andalan Kuansing kesulitan dalam menembus pasar. Apalagi, pandemi Covid-19 datang melanda, mengharuskan Muhar merumahkan karyawannya.

"Kesulitannya menembus pasar, apalagi pandemi ini. Saat sepi kemaren, rumah batik ini tidak  ditutup, karena ini titik awal berkembang batik Kuansing," ujar Muhar.

Sejak awal, Muhar sudah menyadari bahwa pangsa pasarnya adalah kalangan menengah ke atas. Karena itu, ia sangat mengapresiasi langkah Bupati Kuansing, Andi Putra yang menerbitkan peraturan tentang kewajiban ASN menggunakan batik.

"Ini cukup melegakan, order mulai berdatangan," katanya.

Dukung Batik, Bupati Kuansing Terbitkan Perbup

GoRiau Bupati Kuansing Andi Putra ber
Bupati Kuansing Andi Putra berkunjung ke Rumah Batik Jalur Andalan Kuansing di Desa Simpangtanahlapang, Kecamatan Kuantan Hilir. (foto: humas pemkab kuansing)

Pemerintah Kabupaten Kuansing mengapresiasi andil PT RAPP dalam mengembangkan batik khas Kuansing. Kepedulian RAPP tersebut telah membuka peluang usaha baru, secara otomatis membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kuansing.

Hal itu disampaikan Bupati Kuansing, Andi Putra saat berkunjung ke Rumah Batik Jalur Andalan Kuansing pada 23 September 2021. Ia terharu mendengar perjuangan Muhar dalam mendirikan rumah batik khas Kuansing yang dibantu oleh perusahaan bubur kertas terbesar di Asia.

"Kami atas nama Pemkab Kuansing mengucapkan terima kasih kepada PT RAPP yang telah membimbing dan membina masyarakat dalam mengembangkan batik khas Kuansing. Untuk seluruh pengrajin batik, terus berkarya dan ekspresikan budaya Kuansing lewat batik ini," ujar Andi ketika bertemu Muhar.

Andi menyatakan bahwa Pemkab Kuansing terus berupaya memajukan UMKM, terutama yang bergerak di bidang batik. Selain melalui promosi, Andi membuat kebijakan agar seluruh aparatur sipil negara (ASN) dan honorer di lingkungan Pemkab Kuansing mengenakan batik Kuansing setiap Kamis.

"Perbup-nya sudah ada itu, diteken beberapa minggu lalu," ujar Andi.

Penggunaan batik khas Kuansing bagi ASN dan honorer diatur dalam peraturan bupati (Perbup) nomor 36 tahun 2021 tentang tata cara berpakaian untuk ASN dan tenaga honorer di lingkungan Pemkab Kuansing.

"Sejak Oktober, kita sudah mengimbau agar para ASN dan honorer mengenakan batik lokal. Lalu, kita perkuat dengan Perbup," ujar kata Andi.

Menurutnya, hal ini juga bagian dari gerakan cinta produk lokal. Karena itu, dalam berbagai kesempatan, Andi selalu mengenakan batik Kuansing. Ia mengaku bangga mengenakannya dan tak sedikit orang kagum dengan motif batik Kuansing.

"Kita berupaya mempopulerkan batik ini. Sehingga, nantinya batik Kuansing akan semakin dikenal luas. Jika hal ini terjadi, tentu perekonomian masyarakat akan semakin menggeliat," ujar Andi.

Benar saja, sejak kampanye pemakaian batik oleh Bupati Kuansing, rumah batik yang ada di Kuansing kebanjiran order. Seperti yang disampaikan Surma Yanti, pemilik Rumah Batik Jalur Batik Nagori di Gunungtoar. Rumah batik ini juga merupakan binaan PT RAPP.

"Alhamdulillah, sejak adanya imbuan dan Perbup, pesanan meningkat hingga 10 kali lipat. Karyawan pun ditambah guna menyelesaikan orderan," ujar Surma Yanti baru-baru ini. Para pengrajin batik Kuansing berharap Pemkab Kuansing terus melakukan pembinaan, sehingga batik semakin membumi.

Pemkab Kuansing Komit Kembangkan Batik

GoRiau Kepala DiskopUKM Dagrin Kuansi
Kepala DiskopUKM Dagrin Kuansing, Azhar menerima penghargaan dari Puan Aspekraf Riau sebagai pengelola batik daerah Riau terbaik 2021. (foto: azhar for grc)

Pemkab Kuansing berkomitmen dalam mengembangkan batik khas Kuansing. Hal itu ditandai dengan program berkelanjutan yang dibuat oleh Dinas Koperasi UKM Perdagangan Industri (DiskopUKM Dagrin) Kuansing. Dimana, DiskopUKM Dagrin Kuansing telah mulai kerjasama dengan Balai Industri Padang tahun 2019.

Tahun pertama, Kuansing mengirimkan 70 orang untuk mengikuti pelatihan membatik di sana. Untuk tahun 2020, pandemi datang mengakibatkan program tertunda. Hingga pada 2021, ada 120 orang yang diberangkatkan ke Balai Industri Padang.

"Ini merupakan bentuk komitmen kita dalam mengembangkan batik. Setiap tahun, kita akan kirim putra-putri ke Padang untuk belajar membatik, sebab kita sudah ada kerja sama," ujar Azhar, Kepala DiskopUKM Dagrin Kuansing.

Kemudian, pada tahun 2022 mendatang, DiskopUKM Dagrin Kuansing juga telah merencanakan pelatihan sebanyak empat angkatan. Menurut Azhar, angkatan satu akan dilaksanakan di Gunungtoar, angkatan dua di Kecamatan Singingi Hilir, angkatan tiga di Kecamatan Cerenti dan angkatan empat di Kecamatan Pangean.

"Setiap angkatan, kuotanya 40 orang. Nanti, pesertanya berasal dari kecamatan sekitar. Misal, angkatan empat di Pangean, peserta dari Benai, Pangean, dan Logastanahdarat," tutur Azhar.

Kemudian, DiskopUKM Dagrin juga terus melakukan pembinaan terhadap pengrajin batik. Seperti yang dilakukan baru-baru ini, dimana para pengrajin batik mendapatkan bimbingan  packaging. "Biar semakin bagus kemasannya," kata Azhar.

"Selain itu, kami juga aktif melakukan promosi di berbagai iven. Seperti kegiatan expo, baik yang berada di Riau maupun di luar. Ini dilakukan agar batik Kuansing semakin mendunia," ujar Azhar.

Atas upaya dalam mengembangkan batik dan membina pengrajin batik, Azhar mendapat penghargaan dari Puan Aspekraf Riau sebagai pengelola batik daerah Riau terbaik 2021. Penghargaan ini diberikan pada 22 Desember 2021, sempena peringatan Hari Ibu di Pekanbaru.

"Penghargaan ini untuk masyarakat Kuansing, saya hanya mewakili saja," ucap Azhar. Azhar mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut memajukan batik Kuansing.

Hingga kini, Kuansing sudah memiliki 18 kelompok usaha bersama batik dengan pengrajin yang mencapai ratusan orang. Motif pun sudah sangat beragam dan tentunya masih mengusung konsep budaya Kuansing. Seiring dengan itu, harga pun semakin terjangkau.***