JAKARTA, GORIAU.COM - Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro, merencanakan pemindahan Skuadron Udara Pekanbaru ke Aceh. Hal tersebut disampaikan Menhan Purnomo, usai menghadiri upacara peresmian Batalyon 111/Raider di Banda Aceh, Jumat (6/9/2013).

''Itu sedang kita accept, karena kita sedang berpikir untuk membangun Komando Gabungan Wilayah Pertahanan,'' kata Purnomo seraya meminta Panglima TNI Jenderal Moeldoko menjelaskan lebih detail.

Skuadron Udara Pekanbaru ini merupakan pangkalan pesawat tempur Hawk 100/200. Karena itu, Skadron ini sering disebut Hawk Skadron.

Pembicaraan mengenai pemindahan Hawk Skuadron Pekanbaru ke Aceh, diakui Panglima TNI Jenderal Moeldoko, telah memasuki beberapa diskusi. Kata dia, ada beberapa alternatif pilihan untuk pembangunan Kogabwil tersebut. Jika tidak di Aceh maka akan tetap di Pekanbaru.

Kogabwil merupakan pangkalan militer untuk mengamankan perbatasan, terutama mengamankan lalu lintas perairan seperti Selat Malaka yang merupakan jalur internasional yang tersibuk dilintasi kapal-kapal lintas negara

''Kita tadi malam sudah diskusi, brain storming. Ada alternatif-alternatif pilihan untuk pembangunan Kogabwil, tepatnya di Pekanbaru atau di Aceh. Sepertinya kita lebih cenderung ke arah Aceh,'' ujarnya.

Dengan demikian jika pembangunan itu terjadi, kata dia, berarti ada perlengkapan dan fasilitas yang lain yang akan disesuaikan untuk Aceh. "Itu bisa mungkin, bahkan sangat mungkin," ujarnya.

"Pertimbangannya, pertama itu, (Aceh) corong selat Malaka. Selat Malaka ini menjadi isu internasional bukan hanya nasional. Sehingga memang itu harus (dijaga), karena itu emang bagian dari kredibilitas. Kredibilitas Indonesia," ujarnya.

Hawk Skadron sebagai Kogabwil ini direncanakan akan bertempat di Aceh Utara, tepatnya di lokasi Bandara Malikussaleh. "Bisa di Malikussaleh. Mungkin kita akan tambah lagi panjangnya itu (landasan),"

Sebelum ke Banda Aceh, sehari sebelumnya Menteri Pertahanan dan rombongan meninjau Lanal Malikussaleh di Lhokseumawe. Rombongan juga sempat meninjau PT Arun.

Malam harinya, Menhan, Panglima TNI dan rombongan mendengarkan paparan pihak PT Pertamina dan PT Arun tentang aset di lokasi Kilang LNG Arun. Sebab, kata dia, informasi yang ia peroleh di lokasi tersebut kemungkinan ada hal-hal yang bisa dimanfaatkan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah.

“Kita punya fasilitas Lanal, fasilitas Marinir. Ini porsi KSAL juga, dan juga kita ingin dengar paparan dari Pertamina, kata orang seeing is beliving, karena kita melihat dengan kasat mata sendiri, kita tahu bahwa aset yang terpakai hanya seperenam,” kata Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan di Lhokseumawe.

“Jadi kita berpikir, katanya di sini mau dibangun regasifikasi, kilang LPG. Kalau itu dibangun, aset yang masih idle itu, yang terpakai tidak sebesar jaman LNG Arun tahun 1994. Jadi masih ada kapasitas yang bisa dipakai,” katanya. Menhan Purnomo Yusgiantoro kemudian menambahkan, “Kita juga berfikir, karena (aset) ini mau dimanfaatkan untuk (kegiatan) ekonomi, apakah mungkin juga dimanfaatkan untuk teman-teman dari TNI. Tapi kita belum putuskan, kita mau lihat dulu, kita nanti berbicara di Jakarta”. ***