JAKARTA - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo memandang filateli merupakan arsip berharga yang merekam perjalanan sebuah bangsa.

Keberadaannya sangat kental dengan unsur aktualitas atau berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu waktu. Atas dasar hal itulah, DPR RI kembali menggelar pameran filateli dengan tema "Politik dalam Prangko", dari tanggal 26-28 Maret 2019 di Loby Gedung Nusantara DPR RI, Jakarta.

"Tema 'Politik dalam Prangko' sengaja diambil karena tahun ini bangsa Indonesia sedang menghadapi tahun politik Pemilu 2019. Menampilkan berbagai koleksi filateli dari masa lampau yang berkaitan dengan politik, pengunjung pameran bisa menyaksikan Sampul Hari Pertama seri Pemilihan Umum Pertama 1955 yang terbit 29 September 1955, Sampul Hari Pertama seri Pemilihan Umum 1977 terbit 5 Januari 1977, Prangko seri Pemilihan Umum 2004 terbit 4 Juni 2004, Prangko seri Pemilihan Umum 2009 terbit 5 Maret 2009, hingga Sampul Hari Pertama seri Pemilihan Umum 2019 terbit 31 Januari 2019," ujar Bamsoet saat membuka pameran filateli "Politik dalam Perangko" di Loby Gedung Nusantara, DPR RI, Jakarta, Selasa (26/03/19).

Selain dihadiri para komunitas filateli dari berbagai daerah, sejumlah Duta Besar negara sahabat untuk Indonesia juga turut hadir. Antara lain Duta Besar Maroko H.E. Mr. Ouadia Benabdellah, Duta Besar Chile H.E. Mr. Gustavo Aries, Wakil Duta Besar Venezuela Mr. Wilson Loaiza, Councelor Kedutaan Armenia Ms. Lilit Sargsyan dan Legislative Attache Kedutaan Korea Selatan Mr. Cheong Seokbae. Hadir pula Vice President Jaringan Layanan dan Konsinyasi Filateli PT Pos Indonesia Agung S Rahardjo, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ahmad M. Ramli dan Ketua MURI Jaya Suprana.

Politisi Partai Golkar ini menambahkan, dalam pameran tersebut juga ditampilkan Prangko seri Presiden Joko Widodo dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla terbit 17 Agustus 2015, Prangko seri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Wakil Presiden Boediono terbit 17 Agustus 2010, Sampul Hari Pertama seri Presiden Megawati Soekarnoputri terbit tahun 2002, Sampul Hari Pertama seri Presiden Prof. Dr. Ing. H. BJ Habibie terbit tahun 1998, Sampul Hari Pertama seri Presiden Republik Indonesia Soeharto terbit tahun 1998, hingga Sampul Hari Pertama seri 100 Tahun Bung Karno dengan Koin Emas terbit tahun 2001.

Legislator Dapil VII Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegera, dan Kebumen ini menjelaskan, sudah lima kali DPR RI menyelenggarakan pameran filateli. Pertama kali diselenggarakan pada tahun 2015 dengan tema '70 Tahun DPR RI'. Berlanjut setiap tahunnya menjadi agenda tahunan DPR RI. Tahun 2016 dengan tema 'Politik dalam Prangko', tahun 2017 'Prangko dalam Kebhinekaan',  tahun 2018 'Prangko dalam Kepahlawanan', dan 2019 kembali menggelar 'Politik dalam Prangko'. 

"Hobi mengumpulkan filateli sama saja dengan hobi merawat memori bangsa. Karena dengan mengumpulkan filateli yang terdiri dari perangko dan berbagai benda pos seperti Sampul Hari Pertama, kita bisa mendapatkan gambaran kehidupan bangsa pada masa itu," tutur Bamsoet.

Khusus mengenai filateli, Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menerangkan, sebagai bagian dari strategi komunikasi, filateli bisa mempresentasikan pesan-pesan demi tercapainya tujuan pembangunan. Apabila dikaji dengan pendekatan semiotika, filateli juga bisa dijadikan bahan menggali kembali identitas Indonesia sebagai sebuah bangsa.

"Pada filateli terdapat pesan yang merupakan konsep ide yang melekat kuat atas nilai dan makna, yakni sebagai benda budaya sekaligus menjadi salah satu icon kedaulatan negara. Filateli dapat digunakan sebagai dasar dalam mengungkap fakta sejarah perkembangan dunia yang di dalamnya terdapat identitas sebuah bangsa dan menggambarkan kondisi sosial, budaya dan politik," terang Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini meyakini, eksistensi Filateli tidak akan mati meskipun dihadapkan pada banyak kemudahan dalam berkirim surat melalui media elektronik. Justru seiring kemajuan zaman, fungsi filateli menjadi lebih luas, mulai dari pengiriman surat, komoditi dagang hingga alat diplomasi.

"Sebagaimana pernah dilakukan di tahun 2005, untuk memperkuat hubungan diplomasi Indonesia dengan Jepang, diterbitkan prangko bergambar Candi Prambanan dan Gunung Fuji. Masih banyak desain prangko yang menggambarkan hubungan diplomatik Indonesia dengan berbagai negara," urai Bamsoet.

Dari sisi ekonomi, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia menganggap filateli juga bisa menjadi salah satu bahan berinvestasi yang cukup menjanjikan. Filateli bak barang mewah karena tidak sedikit orang rela membayar mahal demi kepuasan memiliki koleksi yang diinginkan.

"Mengumpulkan filateli, selain mengumpulkan memori bangsa, ternyata juga bisa dijadikan bahan investasi mengumpulkan pundi-pundi ekonomi," pungkas Bamsoet.***