PUNCAK derajat kemanusiaan seseorang dinilai dari kualitas akhlaknya. Bahkan kualitas keimananpun diukur dari akhlak.

Seluas apapun kadar keilmuan seseorang, sehebat apapun pengakuannya tentang kuatnya keimanan yang dimiliki, semua itu tidak memberi jaminan. Tetap saja alat ukur yang paling akurat untuk menilai kemuliaan seseorang adalah kualitas akhlaknya.

Di sudut manapun di dunia, baik mereka yang mengenal Islam ataupun tidak, mereka semua akan memandang perbuatan dusta, bohong, fitnah, kebencian, culas dan seterusnya sebagai perbuatan hina dan salah.

Setiap manusia secara standar sudah memiliki potensi untuk berakhlak mulia dan potensi itulah yang semakin dikembangkan dengan hadirnya tuntunan moral dan etika yang kemilau cahayanya sangat memukau.

Kejujuran merupakan pondasi terkuat dalam bangunan akhlak. Tanpa kejujuran akan hilang kepercayaan. Selembut apapun sikap seseorang, seramah apapun tutur katanya, tetap saja semua itu tidak banyak membantu jika tidak jujur. Orang akan tetap mencurigainya.

Orang ramah tapi tidak jujur akan diprasangkai punya maksud buruk di balik keramahannya. Perhatikan perilaku para penipu, dengan keramahan dan kesopanannya ketika sedang beraksi, tidak kalah jika dibandingkan para agamawan. Berapa banyak orang terpedaya akibat keramahan dan perilaku manisnya. Namun semua itu tetap sebagai sebuah keburukan yang tercela dan tak pantas dihargai sedikitpun.

Munafik adalah musuh utama kejujuran. Oleh sebab itu mari kita selalu bertekat untuk menjadi orang jujur dan terpecaya sampai mati kelak.

Mari kita kita hindari mulut ini berucap dusta sekecil apapun kecuali dusta yang dibenarkan syarak.

Berkaitan Erat dengan Niat

Arti kata jujur yaitu; tidak bohong, lurus hati dan amanah. Arti kata niat; Tekad hati untuk melakukan perbuatan dalam rangka mendekatkan diri semata kepada Allah (ensiklopedi hukum Islam).

Kejujuran sangat erat hubungannya dengan niat. Orang yang katanya jujur dan baik, tapi niatnya salah, jelas sebuah kebohongan dan ini bebahaya. Orang ini penipu, karena tidak cocok niat dan perilakunya.

Untuk mengetahui salah atau tidak niat seseorang, tanyalah hati nurani atau qalbu, karena hati nurani takkan penah salah dan bohong, yang suka bohong adalah mulut.

Namun trend ketidakjujuran akhir-akhir ini semakin meningkat antara lain dapat dilihat; hoaks, fitnah, pembodohan dan seterusnya.

Masalah ketidakjujuran sepertinya telah merasuk ke seluruh sendi kehidupan, baik secara samar maupun terang-terangan. Apalagi hilangnya rasa malu, tak malu rambu-rambu agama dilabrak dengan dalih niatnya baik, tujuannya luhur. Padahal Islam (Alquran) jelas-jelas mengatakan: ''masuklah kalian ke dalam kelompok orang-orang jujur''.

Kita tidak boleh lupa bahwa segala amal perbuatan dinilai dari niatnya. Walaupun berbusa mulut mengatakan baik, jujur, alim , beriman jika niat salah atau akhlak merah, tentu tidak dinilai sebagai amal soleh.

Ketidakjujuran bisa ditemui di segala aspek kehidupan, di ranah politik, bisnis maupun perorangan. Oleh sebab itu mari kita berhati-hati, jangan gampang terjebak mulut manis, maupun penampilan yang meyakinkan.

Sekarang banyak musang berbulu ayam, banyak udang di balik batu, begitu pula bak kata orang Melayu sekarang banyak ''titian barakuak''.

Semoga kita jauh dari orang-orang yang pecah kongsi antara mulut dan niatnya. Kepada Allah kita berlindung dan bermohon dijadikan orang jujur.***

Drs H Iqbal Ali, MM adalah Ketua Dewan Pembina IKMR Provinsi Riau dan Mubalig IKMI