SUASANA KOTA PEKANBARU - malam itu cerah. Walaupun ketika sore hari ada gumpalan mega mendung di perut langit. Dan kebetulan malam minggu, tentu suasana kota tampak ramai. Kenderaan yang lalu lalang di jalan Arifin Achmad terlihat bersileweran bagaikan tak ada hentinya. Juga di lokasi Purna MTQ yang memang pada malam-malam libur di isi warga kota numpuk sebagian di situ,terutama duduk-duduk di lokasi bakar jagung.

Rizal dan Siti juga termasuk warga kota yang lagi menikmati jagung bakar di lokasi itu. Sepertinya, pasangan ini sedang melewati hari-hari libur tanpa beban lagi. Karena menganggap persoalan dan masalah yang menimpa Siti telah berlalu, dan Rizal sepertinya ingin memberikan peluang-peluang hiburan bagi Siti agar mampu sedikit demi sedikit bisa menghapus masa-masa kelamnya.

Dan Siti memang memang seolah sedang membangun lagi jati diri dan marwahnya yang baginya telah ambruk sebelumnya. Dia ingin juga memupus prahara masa lalu itu dengan menghibur diri, agar beban yang selama ini teronggok di bahunya dapat bergulir secara perlahan.

Saat itu keduanya duduk berdampingan. Sesekali keduanya tertawa ceria. Sesekali Siti mencubit dagu Rizal yang dulu ketika pacaran juga sering dilakukannya. Ada yang khas bagi Siti terhadap dagu Rizal yang kukuh dan jantan itu. Dia suka sekali.

''Kapan abang lamar Siti...?'' mendadak saja tanya ini terlontar dari bibir Siti setelah dia menyedot minuman botol.

''Kapan saja. Terserah Siti, abang sudah siap...'' ujar Rizal sembari mengusap bibirnya dengan tisu.

''Tapi maharnya jangan tinggi-tinggi ya. Abang ngak mampu'' kata Rizal bercanda. Sesaat wajah Siti cemberut.

''Janda aja pakai mahar segala..'' kata Siti dengan bibir sewot sambil mencubit paha Rizal.

''Tetap saja abang menganggap Siti perawan. Artinya, abang tetap merasa Siti adalah sosok yang dulu ketika menjadi pacar abang''

''Terserah, kalau abang menganggap seperti itu. Dan Siti merasa tersanjung..'' perasaan Siti jadi berbunga-bunga dengan pernyataan Rizal sebentar tadi. Artinya, Rizal masih saja memandangnya sebagai wanita sejati. Karena dia pun tau, apa yang terjadi pada Siti bukan lah kemauan dan kehendaknya. Karena dia tau juga bahwa Siti itu adalah perempuan yang sejak dulu memiliki santun. Hanya mungkin nasib buruk saja yang menimpanya. Dan Rizal sepertinya mampu untuk memilahnya.

''Sepertinya, tak perlu lah abang meminang Siti. Yang penting abang sudah tulus dan iklas untuk menikahi Siti itu saja. Dan nanti Siti yang akan menyampaikan pada keluarga'' kata Siti sambil menyandarkan kepalanya di bahu Rizal.

''Kalau bisa cepat, mungkin itu lebih baik. Kan tidak mungkin lagi kita harus begini seperti pacaran lagi. Sebab, soal pacaran sudah kita lalui dulu. Disamping itu, untuk menjaga harga diri kita di depan orang. Sebab status Siti kan janda. Sepertinya, kurang etis lah kalau kita pacaran terus'' Rizal seolah memang tak ingin ada image orang terhadap hubungan keduanya, sebab mereka bukan pasangan perjaka dan dara. Tetapi salahsatunya sudah janda. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...