PEKANBARU - Pada Sabtu (14/9/2019), kualitas udara di Pekanbaru merupakan yang terburuk di wilayah Provinsi Riau. Terburuk kedua ditempati Kota Dumai.

Dikutip dari republika.co.id, rekapitulasi data P3E Sumatera, KLHK dan Dinas LHK Provinsi Riau, pada pukul 07.00 - 15.00 WIB Sabtu (14/9), tercatat indeks standar pencemar udara (ISPU) tertinggi di wilayah Pekanbaru 269, Dumai 170, Rohan Hilir 141, Siak 125, Bengkalis 121, dan Kampar 113.

"Data juga menunjukkan kualitas udara di provinsi lain, seperti Jambi (123), Kepulauan Riau (89), Sumatera Selatan (51), Sumatera Barat (46) dan Aceh (14)," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo dalan siaran pers, Ahad (15/9).

Agus menyampaikan, BNPB mendukung operasi pemadaman Karhutla bersama kementerian/lembaga, TNI dan Polri dengan mengerahkan personel di beberapa provinsi. Tujuh helikopter untuk pengeboman air dan patroli dikerahkan untuk wilayah Provinsi Riau.

''Terhitung dari 19 Februari 2019 hingga 31 Oktober lalu, lebih dari 124 juta liter air digelontorkan untuk pengemboman air dan lebih dari 159 garam untuk operasi hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca (TMC),'' ujarnya.

Adapun luas lahan terbakar akibat Karhutla di wilayah Riau menurut catatan BNPB yaitu seluas 49.266 hektare. Luas lahan gambut terbakar 40.553 ha dan mineral 8.713 ha.

Karhutla yang masih terus berlangsung ini mengakibatkan dampak yang luas, selain kerusakan lingkungan dan kesehatan, juga mengganggu aktivitas kehidupan masyarakat.

''BNPB mengimbau agar pemerintah daerah tidak hanya bermain dengan kata-kata saja, tetapi harus bertindak secara nyata,'' ucap Agus.

Diketahui, kualitas udara yang diukur dengan ISPU memiliki kategori baik (0 - 50), sedang (51 - 100), tidak sehat (101 - 199), sangat tidak sehat (200 - 299) dan berbahaya (lebih dari 300).***