TIDAK banyak orang yang tahu bahwa dulu sebenarnya di Riau terdapat jalan kereta api yang membentang antara kota Pekanbaru hingga ke selatan di kawasan Kuantan Singingi hingga tembus Bukit Barisan dan berakhir di Sawahlunto.

Kisah pengerjaan mega proyek pembangunan jalur kereta api sepanjang 220 KM tersebut ternyata telah merenggut puluhan ribu nyawa para pekerja yang lazim disebut sebagai romusha tersebut.

Kisah zaman perang tersebut juga menguak rahasia kenapa di Pekanbaru dan sekitarnya terdapat banyak nama pemukiman berbau nama Jawa seperti Sidomulyo, Sidodadi, Wonorejo, Wonosari dst.

Begitu juga dengan kisah para tawanan perang asal Eropa yang ternyata jumlahnya mendekati sepuluh ribu orang pernah dipekerjakan sebagai romusha juga semasa perang dunia ke-2 tersebut.

Tidak banyak yang tahu juga, bahwa di Salo, Bangkinang dulunya terdapat camp konsentrasi milik Jepang yang dipergunakan sebagai rumah tahanan bagi bangsa asing, mayoritas Belanda yang terjebak perang ketika Indonesia dikuasai oleh Jepang mulai dati tahun 1942.

Berkenaan hal ini, DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Riau pada bulan Ramadan 1439 Hijriah/2018, tepatnya pada Sabtu (2/6/2018), menggelar kegiatan kunjungan wisata yang membedah sisi sejarah dari proyek pembangunan jalur jalan kereta api dari Sawahlunto menuju Pekanbaru yang pernah berlangsung selama masa pendudukan Jepang, tepatnya pada periode 1944-1945 yang lalu.

Kegiatan wisata ini sekaligus dalam rangka internal kursus singkat untuk meningkatkan kapabilitas maupun kualitas para anggotanya dengan memilih tema "forgotten history-Japanese Death Railway,".

Menanggapi hal ini Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Fahmizal Usman sangat menyambut baik yang telah dilakukan oleh DPD HPI Provinsi Riau, menurutnya untuk mendorong sektor pariwisata pemerintah tidak bisa bekerja sendiri.

"Saya menyambut baik kegiatan yang telah dilakukan oleh DPD HPI Riau. Dalam upaya mendorong sektor pariwisata, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, hal ini harus bersenergi dengan unsur pentahelix yaitu Akademisi, Pemerintah, Pelaku usaha, Komunitas dan Media," kata Fahmizal Usman.

"Kegiatan ini sesuai dengan cita-cita pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor utama penghasil devisa, DPD HPI Riau sebagai bagian dari pentahelix di bidang kepariwisataan.

Program field trip yang ditaja oleh HPI Riau, dipimpin oleh coach Osvian Putra, salah satu senior guide Riau yang juga merupakan Master Asesor Pariwisata satu-satunya di Riau. Rute yang dijalani dimulai dari kawasan Pasar Bawah, di pelabuhan lama yang dulunya dipergunakan oleh Jepang untuk keperluan bongkar muat barang keperluam proyek pembangunan jalan kereta api tersebut termasuk untuk mendatangkan lokomotif dari Ambarawa serta Deli-Sumatra Utara.

Dari sana peserta diajak untuk melihat bekas besi rel kereta yang masih terdapat di sebuah alirang sungai kecil di jalan Juanda. Setelah itu perjalanan diteruskan menuju Tanjung Rhu untuk melihat bekas lokomotif yang masih terdapat di dapur rumah warga.

Selanjutnya peserta diajak menuju jalan Lokomotif dimana disitu masih terdapat sebuah jembatan kecil dimana tapaknya masih terbuat dari besi asli bekas jembatan rel kereta pada zaman Jepang dulu.

Objek selanjutnya adalah menuju jalan Hang Tuah dimana sampai sekarang masih terdapat potongan besi yang terbuat dari bekas rel kereta.

Dari Hang Tuah, perjalanan menuju selatan dimana pemberhentian berikutnya adalah bekas camp-camp yang terletak di sekitar Tong Susu. Highlight dari trip tersebut adalah bekas camp-7 yang terletak di kawasan hutan di pinggir jalan di Lipat Kain dimana peserta masih dapat menyaksikan bekas lokomotif buatan Bayer and Pelican, Inggris yang masih relatif utuh.

"Field trip kali ini sungguh sarat makna dan penuh nilai edukatif untuk memberikan pemahamam lebih jitu bagi para ujung tombak pariwisata Riau yang bergerak di baris terdepan dalam hal pelayanan terhadap wisatawan," Ujar Taufik, yang juga merupakan Sekretaris DPD HPI Riau.***