BAGANSIAPIAPI - Ustad Abdul Somad dalam tausiyahnya merasa geram mendengar seringnya terjadi aksi teror dibeberapa wilayah di Indonesia akhir akhir ini. Tentunya persoalan itu akan mengancam toleransi keragaman umat beragama yang ada di Indonesia yang sudah terjalin sejak lama.

Sejak terjadinya aksi teror yang terjadi di Surabaya dan Mako Brimob, timbul Phobia berlebihan terhadap umat Islam. Bahkan, dia juga tidak terima, stigma teroris dilekatkan kepada orang yang menggunakan jenggot dan celana cingkrang.

" Ini nampak orang pakai jenggot dan celana cingkrang langsung curiga. Sehingga kambing yang punya jenggot pun takut tertuduh," kata Ustad yang akrab digelar UAS ketika memberikan tausyiah di Rokan Hilir, baru baru ini. Jemaah yang hadir mencapai ribuan dihalaman mesjid raya Tanah Putih Tanjung Melawan, pun langsung tertawa.

Dia juga meminta kepada orang yang masih belum mengerti keragaman untuk datang belajar bagaimana hidup bertoleransi ke Bagansiapiapi. Karena menurutnya, toleransi antar umat beragama dan antar etnish yang sesungguhnya hanya ada di kota Bagansiapiapi.

" Orang Tiong Hoa bertetangga dengan orang Melayu. Begitu juga dengan suku Batak, Bugis dan suku suku lainnya yang ada di Bagansiapiapi. Mereka sejak dulu sudah rukun dan saling menghormati. Tak perlu jauh jauh lah belajar tentang bagaimana hidup bertoleransi. Datang saja ke Bagansiapiapi," cetus UAS lagi.

UAS mengakui, walaupun sedikit ada gesekan antar suku di Bagansiapiapi, namun akhirnya mereka rukun kembali. Ditambah lagi Rokan Hilir merupakan negeri para ulama yang hidup pada masa itu Sultan Malik Al Shaleh dan Tuan Syeikh Zainuddin.

Untuk itu, dia meminta seluruh umat beragama terutama umat muslim untuk menjadikan bulan puasa sebagai momentum meningkatkan spritual dan menyatukan umat. Dirinya juga berdoa semoga rakyat Indonesia terhindar dari perpecahan antar umat beragama. ***