ATHENA -- Uskup Agung Athena dan seluruh Yunani, Ieronymos II, menghina Islam dengan menyatakan bahwa Islam bukanlah agama, melainkan partai politik yang pengikutnya adalah orang-orang yang suka berperang.

''Mereka adalah orang-orang yang tersebar, ini adalah karakteristik Islam,'' katanya dalam pidato yang disiarkan televisi, sambil merujuk pada Sultan Ottoman Mehmed II, seperti dikutip dari Republika.co.id yang melansir di TRT World, Selasa (19/1).

Sultan Mehmed II juga dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk, yang mengambil alih Istanbul pada 1453 dari Kekaisaran Byzantium.

Komentarnya itu muncul menjelang keputusan Turki dan Yunani untuk melanjutkan pembicaraan yang bertujuan mengurangi ketegangan antara kedua negara tetangga itu.

Pembicaraan itu akan dilakukan menyusul undangan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusuglu ke Yunani untuk memulai kembali pembicaraan yang bertujuan menyelesaikan perselisihan mereka. 

Pidato Uskup Agung itu berlangsung pada acara peringatan dua abad dari pemberontakan Yunani melawan Kekaisaran Ottoman pada 1821. Uskup dari Gereja Ortodoks Yunani juga menyebut Muslim sebagai umat 'ekspansi'.

Picu Kritik Besar-besaran

Ucapannya tersebut telah memicu kritik besar-besaran di seluruh dunia dan orang-orang dari semua lapisan masyarakat, termasuk Turki. Bahkan anggota senior dari kelompok non-Muslim di Turki menyayangkan pernyataan itu.

Berbicara dengan TRT World, seorang anggota senior dari komunitas ortodoks di Turki yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan momentum pernyataan Ieronymos sangat disayangkan. Sebagai non-Muslim di Turki, ia juga mengecam pernyataan uskup tersebut.

''Kekerasan tidak ada hubungannya dengan agama apa pun, ini terjadi tepat pada saat hubungan antara Turki dan Yunani semakin baik. Sedih sekali, saya sama sekali tidak setuju dengan apa yang dikatakannya,'' ujarnya.

Kepala Direktorat Urusan Agama Turki, Ali Erbas, pada Ahad lalu juga mengecam pernyataan Uskup Agung yang menghina Muslim dan Islam. Dia mengimbau umat Kristen menentang mentalitas sakit semacam ini.

Ia mengatakan, tugas kependetaan yang paling penting, yang berjuang untuk perdamaian dan ketenangan, harus berkontribusi pada budaya koeksistensi.

''Dunia Kristen harus melawan mentalitas yang sakit ini. Wacana yang bertujuan meminggirkan umat Islam ini mengumpan perspektif rasis terhadap mereka, dan mengarah pada serangan terhadap kehidupan dan tempat ibadah mereka,'' kata Erbas.

Erbas juga mengatakan komentar tersebut memprovokasi masyarakat yang berpotensi menebar kebencian, permusuhan dan kekerasan terhadap Islam. Ia lantas menyebut Islam sebagai agama damai.

Menurutnya, peradaban Islam selalu memungkinkan orang-orang untuk hidup bersama selama berabad-abad, terlepas dari keyakinan, agama, dan budaya mereka. Kata-kata Uskup Agung Yunani juga dikecam oleh umat Islam yang tinggal di Yunani.

Mereka mengatakan, retorika yang lebih ''konstruktif'' diperlukan untuk membangun lingkungan yang damai, terutama di masa kontemporer yang dilanda pandemi ini. Dalam sebuah pernyataan yang dibagikan di platform media sosial Twitter, organisasi Muslim di Yunani, Dewan Konsultasi Minoritas Turki Trakia Barat (BTTADK), mengatakan mereka berharap bahasa yang lebih damai digunakan daripada wacana anti-Islam di masa-masa sulit seperti pandemi ini.

Selain itu, Persatuan Masyakarat Turki Xanthi, yang merupakan salah satu dari tiga organisasi paling penting dari minoritas Turki di Trakia Barat, yang didirikan pada 1927, menyebut pernyataan tersebut sebagai serangan Islamofobia dan juga kejahatan rasial.

Di situs mereka, kelompok tersebut mengatakan fakta pernyataan yang dipenuhi dengan penghinaan itu, berasal dari nama nomor satu di gereja Yunani bisa meningkatkan ketegangan situasi. Mereka lantas mendesak Ieronymos meminta maaf.

''Kami melihat langkah ini sebagai salah satu contoh khas dari meningkatnya Islamofobia dan xenofobia di Yunani dalam beberapa tahun terakhir,'' tambahnya.***