DIAWALI dengan satu pernyataan, bahwa apapun yang terjadi di permukaan bumi adalah atas pengetahuan Allah. Begitu pula musibah-musibah yang silih berganti menimpa bangsa kita, tentu atas izin Allah.

Namun, musibah tersebut dapat berupa ujian, cobaan maupun peringatan. Ketiga macam musibah tersebut sudah sering ditimpakan kepada bangsa Indonesia, namun tidak banyak perubahan sikap apalagi kesadaran bahwa barangkali musibah-musibah tersebut sudah menjadi peringatan keras kepada bangsa Indonesia dan inilah yang disebut dengan kemurkaan Allah.

Mengapa judul ini muncul? Jawabannya adalah; bangsa Indonesia, khususnya umat Islam telah berbuat kelewat batas. Banyak perilaku anak bangsa ini telah melenceng dari keinginan agama dan telah melampaui batas. Padahal Allah melarang orang-orang yang berperilaku kelewat batas (Al-Baqarah :  60).

Peringatan-peringatan dianggap angin lalu, tidak direnungkan apalagi ingin berubah. Musibah datang silih berganti, bencana alam, krisis kepemimpinan, konflik horizontal, saling tuding, perpecahan, intoleransi, hoaks, korupsi, narkoba, perzinaan, pembunuhan, kecelakaan lalu lintas dan terakhir kembali bom meledak. Pelakunya kebanyakan orang-orang hebat, ada dosen, pengurus pesantren, polisi, ustaz, jenderal, anggota DPR, tokoh agama maupun ASN. Akhlak terabaikan, apalagi rasa malu sudah semakin jauh.

Barangkali kita ingat sejarah umat Nabi Musa (termasuk Fir’aun dan Qarun) mereka berbuat zalim, sombong dan angkuh. Sedangkan peringatan-peringatan Nabi Musa tidak dihiraukan, maka Allah menimpakan musibah  kepada mereka. (Al-A’raf : 133). Nampaknya sejarah umat Nabi Musa  terulang kembali yaitu penuh kezaliman.

Jika kita renungkan bahwa musibah-musibah tersebut adalah akibat ulah manusia sendiri, kufur nikmat dan yang sangat penting adalah karena ajaran Islam tidak diamalkan secara, utuh hanya sepotong-sepotong (tidak kaaffah).

Orang ber-Islam hanya formalitas dan sekedar rutinitas, apalagi tak mengerti tujuan ber-Islam. Tak heran muncul perilaku-perilaku yang yang tak sesuai dengan ajaran Islam.

Orang bijak mengatakan; apabila tujuan tak jelas, apalagi tak tahu, maka perjalanan akan terganggu dan bisa-bisa tidak akan sampai.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa musibah yang tengah kita alami akhir-kahir ini pada hakikatnya merupan peringatan keras dari Allah karena perilaku manusia sudah banyak yang kelewat batas.

Tak ada jalan lain, kecuali bertobat, mudah-mudahan Allah berkenan menerima tobat kita  dengan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Semoga kemurkaan Allah kepada bangsa Indonesia cepat berakhir.  Wallahu a’lam.***

Drs H Iqbal Ali, MM adalah dosen dan Ketua Dewan Penasihat IKMR  Provinsi Riau.